Random thoughts : menikah muda dan sebuah lomba
Hai
Kembali lagi bersama bude dan
tulisan-tulisannya yang overall sampah dan tidak berkualitas. Belakangan lagi
rame nih, putra seorang Ustad terkenal menikahi seorang mualaf etnis tionghoa.
Yaudah kita sebut aja namanya, lagian udah pada tau juga kan. Yap, Alvin (17 tahun)
dan Larissa Chou (19 tahun). Wah bude turut mengucapkan selamat ya buat
mudamudy yang kini sedang berasyikmasyuk—berbahagia maksud bude. Ini tulus lho,
mengingat nikah itu adalah penyempurnaan separo dari agama, MasyaAllah bude kenapa
ini?
Eh tapi, ada aja lho sebagian dari mereka
yang nyinyirin keputusan Alvin dan Larissa. Astagfirullah, ada aja ya yang
jahat nyinyirin akhy dan ukhty kita yang pernikahannya bagaikan mimpi ini—konon
katanya Larissa mualaf setelah kalah debat, dan endingnya dinikahi Alvin. Entah
bagaimana kebenarannya, mendengar asal muasal pernikahan ini Bude teringat akan
jaman-jaman dahulu saat agama sedang gencar-gencarnya disebarkan.
Kenapa sih kaum itu tuh : yang katanya
liberal, pro-ahox, JIL, sekuler, musuh hapit ary, endesbre endesbre, selalu
mendiskreditkan hal-hal yang positif dan sarat makna relijius seperti keputusan
dik Alvin ini? Sebutlah, Alvin dianggap menyalahi hukum karena menikah di umur
17 tahun, orangtua udah tajir jadi nikah semuda apapun rejeki nggak masalah,
kebelet ngews berkedok menghindari zina, endesbre endesbre. Kok kesannya
sentimen banget?
Lain halnya dengan kaum ini : yang katanya
anti JIL, anti-ahox, anti-sekuler, anti-syiah, pembela Palestina, cinta mati
Erdoganz, anti-khalwat padahal khalwat ena ena, antivaksin, endesbre endesbre,
sebagian meradang dengan membuat meme. Meme tersebut lagi rame banget baik di
instagram maupun twitter bude. Meme yang ada tulisannya “umur 17 tahun udah
nikah, kalian umur 25 ++ udah ngapain aja?” wah meme tersebut rame dikomenin
ukhty-ukhty yang mention akun pacarnya, minta dibawain mahar. Semoga maharnya
nggak cuma 250ribu pake teh manis anget ya.
Dengan pikiran yang jernih (karena masih
kenyang), Bude menyikapi twatwar dan perang komeng di ig ini. Sungguh, menurut
bude tidak ada yang salah dengan keputusan dik Alvin. Konon katanya dik Alvin
sudah mengunjungi majelis hukum tertentu dan dinyatakan layak nikah secara
psikis dan finansial walau umurnya masih 17 tahun (katanya). Jika dirasa sudah
siap, keluarga kedua belah pihak sudah acc, kenapa harus ditunda?
Cuma bagi bude, nikah bukan balapan. Kalo
nikah adalah balapan mungkin di usia bude yang sudah 25 ++ ini anak bude sudah
banyak. Kita tidak bisa membandingkan keadaan kita sekarang baik finansial,
psikis, dan budaya dengan pendahulu-pendahulu kita—yang memang dinikahkan pada
usia yang teramat sangat muda, sangat muda sampai dari segi kesehatan juga
tidak baik. Bagi sebagian kaum urban, masih banyak hal-hal yang harus diraih
sebelum nanti menapaki dunia rumah tangga—yang mana dunianya berputar pada
keluarga. Apalagi perempuan urban, mereka mungkin punya cita-cita S2, S3,
residensi, atau menjadi professor dulu sebelum melepas semuanya, menjadi ibu
rumah tangga yang dunianya berputar pada anak, suami, dapur, kasur, sumur,
setrikaan, mesin cuci, tagihan pam, endesbre endesbre. I feel you, urban women.
Pernikahan adalah momen sakral sekali seumur
hidup (aamiin), quality over quantity, bukan balapan, bukan momen semata-mata
untuk ngews secara halal, bukan untuk pamer, ya jadi menurut Bude pernikahan
tidak untuk dibandingkan. Penuh persiapan dan kesiapan lahir dan batin. Inget
kata Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21 yang terjemahannya kurang
lebih begini : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.” menikah untuk mencapai ketenteraman lahiriah dan batiniah, begitu
pikir Bude.
(((LHOOO KENAPA BUDE TOBAT GINI)))
Dan bagi Bude, menikah muda itu bukanlah
sebuah prestasi. Kebanggaan meraih
penghargaan Nobel dengan menikah di umur 19 tahun tentu berbeda, namun opsi
kedua itu adalah pilihan. Sama dengan memilih untuk melanjutkan residensi
instead of membangun keluarga dulu. Keberanian untuk mengambil keputusan besar
tersebut di usia muda memang patut diacungi jempol, tapi itu bukan prestasi
yang harus dielu-elukan dan ditiru khalayak ramai karena sudah barang tentu
latar belakang masing-masing orang jelas berbeda. Jadi menurut Bude, kita perlu
bijak dalam menyikapi respon netyzen-netyzen budiman. Menganjurkan nikah muda
ya boleh (walau di telinga bude hal-hal semacam ini cuma kulo nuwun numpang
lewat) tapi tidak boleh ada pemaksaan dalam pernikahan. Nikah buru-buru kalo
belum siap nggo uopo ujung-ujunge cerai, padahal cerai adalah kegiatan halal
yang dibenci Allah. Pun menjadi bahan gunjingan hangat ibu-ibu dan ART komplek.
Hhhh.
Meme “umur 17 tahun udah nikah, kalian umur
25 ++ udah ngapain aja?” tersebut masih rame. Dengan segenap rasa humor, meme
tersebut bude timpali, “sudah melakukan hal-hal ena yang tidak bisa kalian
lakukan secara terang-terangan :)”
postingannya sangat menarik untuk di baca
BalasHapuswisata keliling indonesia
Yang balapan itu Valentino Rossi hehe kalau nikah balapan bumi ini sudah tidak bisa menampung lagi manusia karena semua mau menjadi pemenangnya hehee salam kenal. Tulisannya santuy tetapi isinya menarik dan cukup berat temanya... salam blogger..
BalasHapus