Review : Tenchu stealth assassins
Halo
Alhamdulillah kita semua (bude dan
kalian-kalian yang berhasil menemukan blog sampah ini) dipertemukan kembali
dengan bulan suci Ramadhan. Bude mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa
buat yang berpuasa, dan selamat berbuka puasa buat yang sudah berbuka puasa.
Buat yang tidak berpuasa, hidup merantau, malas masak dan atau tidak punya
kompor, bude mengucapkan selamat mencari warung makan yang buka siang-siang.
Anyway, puasa-puasa gini enaknya
males-malesan—mengerjakan hal yang nggak banyak mikir dan gerak, kalau emang
bisa, sempat, dan pengen hehehe. Bisa tilawah, dzikir, membaca novel, belanja baju lebaran di tanah abang, nonton video masak dan Oogui
Eater di Youtube (yang bikin kesel karena Kinoshita Yuko makan banyak banget sampe
bisa bikin anak gizi buruk jadi gizi lebih tapi ngga gendut-gendut), mikir mau
buka bersama temen SD—SMP–SMA—kuliah–RT–RW–geng—arisan dimana, membaca jurnal paling update, diskusi
ilmiah, baksos, mengingatkan gebetan untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah
maupun fardhu padahal khalwat-khalwat ujungnya, yaaa hal-hal positif itulah
yang kurang lebih dapat bude sebutkan. Eh tapi ada juga kegiatan negatif—yang
biasanya bude lakukan saat bukan bulan Ramadhan. Eh kok? Yaiya, bude lagi
syar’i aja, padahal biasanya syar’u
Salah satu dari sekian kegiatan yang bude
hindari adalah bermain game-game kontroversial. Game kontroversial yang bude
maksud disini adalah game-game yang NSFW, R18, M, wah yang nggak ‘semua umur’
lah ratingnya. Gak melulu game porno yang mengumbar aurat disana-sini, tapi
juga game bertema kekerasan yang sarat akan konten gore, biasanya nggak semua
kuat dan meniqmati genre ini. Hihi.
Nah dari sekian banyaaaaak game yang sarat
akan tema tersebut di atas, bude punya banyak kenangan indah dengan Tenchu :
stealth assassins, atau biasa kita kenal dengan Tenchu 1. Game ini adalah game
ninja keluaran Activision yang sedikit berbeda dengan game action ninja
kebanyakan, yang berhadapan dengan lawan-lawannya secara frontal. Seperti yang
pernah bude bahas di (tenchu wrath of heaven), tenchu dari awal kelahirannya
telah menggunakan motto “live by honour, kill by stealth” dimana kita
diharapkan membunuh diam-diam, menjadi bayangan. Udah tau kan kisahnya game
inilah yang pernah mengantar bude on air karena selera bude yang agak unusual.
Storyline
Alkisah hiduplah sepasang muda-mudi ninja
klan Azuma, yang bekerja untuk Lord Gohda—seorang Daimyo yang baik hati, tidak
sombong, adil bijaksana, anti korupsi, anti suap, dan mementingkan kepentingan
rakyatnya di atas kepentingannya. Lord Gohda ini memiliki seorang anak
perempuan bernama Princess Kiku, yang selalu menjadi beban buat ninja-ninja
kita :’)
Berbagai misi kita jalani, mulai dari
mengeksekusi pedagang yang suka main perempuan, mengantar pesan rahasia,
melawan beruang, mengeksekusi menteri yang korup, melibas ketua sekte yang
heretic (ini yang paling epik!), mengusir pelaut latin yang jahat, mencari obat
untuk Princess Kiku, melawan Onikage (berkali-kali), sampe pada akhirnya
melawan Lord Mei-Oh yang ajaib punya skill teleport. Naaah dulu saking
seringnya gue main game ini, sempet ada masa dimana gue hapal dialog-dialog pre
dan post boss battle.
Pada akhirnya kita akan melihat ending yang
heartbreaking, membuat kita terperangah seraya bertanya-tanya dalam hati. Why
Rikimaru, why???
Gameplay / battle system
Sekali lagi bude ulas, game ini (yang
merupakan titik pangkal dari semua sekuel tenchu) punya pakem yang agak kurang
lumrah untuk masa itu. Ya, stealth and swift assasinations. Playable character
hanya Ayame dan Rikimaru. Ayame masih lincah dan powernya ngga ada, sementara
Rikimaru powerful namun gerakannya lambat dan kaku. Selama perjalanan, kita
diperbekali dengan berbagai item ninja. Yang masih menjadi favorit gue masih
chameleon spell, decoy whistle, dan ninja armor. Item-item ini hanya bisa didapat
jika ente-ente bisa menyelesaikan stage dengan titel grandmaster. Sebuah info
yang tidak kalah menarik, dengan cheat kita bisa menyetting ayame dengan
menggunakan sexy armor.
Hal yang disesalkan dari game ini adalah, belum
dapat digunakannya stik analog. Jadi kameranya sangat sulit di-toggle.
Character’s view sangat sulit diarahkan. Kemudian kesulitan lain adalah,
character’s movement masih berat, kita akan sangat sulit menghindari serangan
lawan (atau bahkan tidak bisa menghindar, instead of avoiding we’re likely to
block enemy’s attack). Dari segi gameplay… hmm gue sudah pernah bilang kalo
game semacam Tenchu adalah game pure skill (and bizzare interests such as
silently, calmly waiting for prey to come and then swiftly assassinate it, one
of the best feelings in my life), jadi hanya insting dan ekstremitas bude yang
secara reflek bergerak.
Diantara sepuluh stage yang ada untuk
masing-masing karakter, yang menjadi favorit masih stage 1, 5, 6, dan 9. Stage
1 dan 5 karena disainnya (dan gentengnya, damn I love roofs in tenchu
series!!!) yang akan dibahas di segmen selanjutnya. Stage 6 karena
ke-cult-annya yang sarat akan hal berbau mistis. Stage 9 pure karena stage ini
dipenuhi dengan masked ninja & kunoichi yang kemampuannya sebenarnya 11-12
dengan main character, jadi ini stage paling menantang secara kualitas (tsaelah
gaya)
Di game ini, terdapat beberapa boss yang
harus kita hadapi. Sebut saja Echigoya, Goo dan beruang, Tazu dan abangnya yang
terlupakan namanya (karena menurut gue lebih sulit mengalahkan Tazu dibanding
abangnya???), minister Kataoka, Onikage, Lord Mei-oh dan lain-lain. Namun
diantara boss tersebut di atas, gue paling menikmati battle versus Tazu dan
Echigoya (karena kocak). Sedangkan untuk Onikage sendiri, hmmm kita perlu
melawannya 4 kali, masing-masing di stage 3, 6, 9, dan 10. Kegigihan Onikage
patut ditiru.
Design / graphics
Well, salah satu daya tarik konsep tenchu
adalah ninja tradisional yang sangat jepang sekali. Jikapun ada senjata api
disini, pasti senapan jaman duluuuu banget. Bisa
dilihat dari disain stage-stage yang ada di game ini (dan sekuel-sekuelnya).
Bangunan-bangunan yang jepang sekali, bodyguard yang jepang sekali, kecuali di
stage 7 yang diimpor.
Hal vital yang sangat membantu gameplay
adalah genteng / roof. Adanya roofs merupakan advantage tersendiri buat ninja.
Khususnya bude, karena mengendap-endap dari atas genteng rasanya paling enakkk
:3
Secara disain, bude paling suka stage 1 dan 5.
Stage ini mengambil tempat di sebuah kediaman / kompleks. Bangunan-bangunan
didisain tinggi dan mewah. Daya tarik di stage 1 adalah adanya taman-taman ala
jepang yang gue ngga tau namanya apa, sedangkan di stage 5 karena semua
tertutup salju, it’s all white as far as you can see.
Untuk stage 6, ada 1 pagoda tinggi yang jadi
daya tarik. Selain itu adanya arca berbentuk aneh mirip tuyul di stage ini
(yang harus kita lompatin kepalanya agar bisa melawan boss) menarik juga hehe
walaupun bizzare dan creepy hehe.
Love & romance
Sebenarnya di game ini tidak ada unsur amore.
Yang ada hanya kecintaan Echigoya akan uang, dan halusinasi fangirls akan
adanya cinta antara Ayame dan Rikimaru. Eh bener loh, bude dulu sempet
nyari-nyari doujinshi Aya x Riki, dan menemukan hentai mereka. Sebuah
pencapaian.
Soundtracks
Bude pribadi sangat suka dengan BGM level 6,
melodinya serupa dengan teriakan uiya. Dan tentu saja Uiya adalah wujud paling
nonsense dan menakutkan di seri Tenchu manapun!!! Tidak lupa dengan Onikage
theme yang diputar hmmm total 4 kali (level 3, 6, 9, dan 10) yang dinamis dan
membuat kita ikut tegang saat melawan Onikage.
Overall, game ini walaupun gak enak-enak
banget, punya peran yang vital dalam pembentukan masa remaja gue (padahal
ratingnya M). Kalian bertanya-tanya ngga sih, kenapa bude lebih suka Tenchu
series dibanding game-game gore lainnya, atau game action tembak-tembakan
lainnya? Sederhana. Game-game gore menyiksa mangsanya sampe teriak-teriak, bude
ngga suka kebisingan. Sedangkan game action FPS, yailah mangsanya gampang
banget matinya, kita tinggal menarik pelatuk senjata api. Dan Tenchu memberikan
jawabannya. Game yang gore dan bloody in medium amount, minimal jumpscares
sehingga aman untuk jantung, dengan animasi yang tidak realistis, dibunuh
dengan blade, swiftly, tenang, diam-diam, ngga ada yang tau (ngga boleh tau
sebenernya), ngga berisik, menghindari konfrontasi langsung, aaaah kelas gue
banget.
Done ranting my unusual reasons why we love
tenchu. Objectively, I give this game 7 out of 10 tho I love it so much. It’s
nice for having a good throwback tho.
Eh.. q juga pemain tenchu juga lho. Boleh minta WA/pinnya kali sekalian, hehe
BalasHapussuka mainin ini juga dulu luamayan seru
BalasHapusasuransi online