Jumat, 06 Mei 2016

Review : Breath of Fire IV

Halo
Bahas breath of fire IV yuk kali ini?

Jadi BoF4 yang notabene keluaran Capcom ini adalah seri breath of fire a.k.a. utsurowazarumono pertama yang gue mainkan. Gue masih ingat betul saat itu gue masih kelas 1 smp. Masih polos-polos bego gimana gitu. Awal ketertarikan main game ini adalah karena majalah Hotgame (yap! Majalah game pertama di Indonesia, yang menurut gue juga yang terbaik! I remember those days when I used to read the hotgame walkthrough outloud and my bestfriend take control of the game…) dan juga dari cover game-nya??? (Ya, gue tau gue adalah manusia berkepribadian dangkal)

Storyline
Breath of fire 4 (selanjutnya BoF4) berkisah tentang petualangan Nina dan Cray yang mencari Elina. Di tengah perjalanan mereka, seekor (sebentuk? Seorang? Seonggok? Well it could be anything lah) sand dragon menyerang dan menghancurkan sandflyer yang mereka kendarai. Di tengah kebingungan karena sandflyer hancur dan butuh beberapa onderdil, mereka mulai berjalan setapak demi setapak ke kota terdekat : Sarai. Di tengah perjalanan mereka menuju Sarai, Nina dan Cray bertemu dengan Ryu—sang yorae dragon—yang telanjang bulat. Hmmm ya okay. Ryu yang kelihatan bingung dan tidak punya tujuan hidup bak bayi baru lahir akhirnya bergabung dengan Nina’s party menuju ke Sarai.

Di Kota Sarai—yang padat dan sempit bak tanahabang di bulan puasa—inilah, Nina cs pertama kali bersengketa dengan Empire Army. Seiring berjalannya cerita, kita akan mengetahui motif dibalik aksi Empire Army ini—mencari sang yorae dragon dan mencegahnya bersatu dengan Emperor FouLu. Mengapa mereka melakukan hal ini? Dalam universe BoF4 terdapat suatu keniscayaan, barangsiapa berhasil menguasai Endless, maka dunia akan berjalan sesuai keinginannya. Maka Empire berusaha sekuat mungkin untuk memisahkan Ryu dan FouLu—yang sebenarnya adalah satu—agar kekuatan mereka masing-masing dapat dikendalikan Empire. Dengan cara inilah Empire menguasai dunia.
Sarai < Tanah Abang
Sementara itu, di Astana, Emperor FouLu bangkit dari kuburnya (and I really mean it). Merasa separuh dari dirinya (ya, memang kalo ditranslasikan ke bahasa jadi seperti judul hitsnya Anang post cerai dengan KD, tapi tak begini!) telah muncul, FouLu kemudian berencana menemuinya, melebur dengannya, dan meraih kesempurnaan sebagai Endless. Niatnya telah diketahui Emperor Army, dan tentunya dihalangi dengan dalih “God are now unnecessary for human being”. Dengan kondisi yang tidak fit, FouLu akhirnya memilih untuk melarikan diri dari pelbagai serangan Empire Army.

BoF4 menyajikan cerita dari dua sudut pandang yang berbeda—Ryu dan FouLu. Sepanjang game, karakter masing-masing ditempa melalui berbagai kejadian yang juga beragam (kebetulan FouLu kebanyakan dapet yang ngenes).

Gameplay / battle system

BoF4 adalah turn based RPG dengan berbagai fitur menarik sehingga tidak semembosankan turn based RPG klasik ala ala RPG 8bit. Salah satu fitur tersebut adalah kombo. Jujur sistem kombo ini adalah yang paling menarik dari semua yang ada dalam BoF4 ini, selain keindahan dan keangkuhan FouLu.

Game ini turut menambahkan fitur memancing yang cukup menghibur, karena tiap tempat mancing punya karakteristik masing-masing. Hasil mancing mania mantap tersebut dapat dipergunakan dalam battle, walau ada beberapa yang dijadikan key item dalam perjalanan.
cita-cita mulia Deis
Dalam dungeon, player dapat bertukar dan tentunya mengeluarkan kemampuan khusus dengan menekan tombol segitiga. Contoh : Nina bisa terbang, Ershin dapat menyundul (lebih mirip gerakan rukuk yang tidak tumaninah), Cray dapat mendorong (paling berguna).

Graphic & Design

BoF4 adalah game 2D yang dimensinya dinamis. Sudut pandang yang bisa berubah-ubah ini kadang jadi keunggulan, kadang jadi kekurangan. Untuk kota semacam Sarai yang padatnya semacam Jl. Daan Mogot hari Senin pagi, jujur gue beubeuh liatnya. Tapi yaaa cukup lah. Gue ga akan bilang ini sejelek FF7 J
Sarai < Daan Mogot
Karakter didisain ala-ala anime yang sedikit kebarat-baratan (???), ras yang ada dalam game ini pun bermacam-macam. Mulai dari semacam kucing, anjing, rubah, kodok, sampe manusia (yaiyalah) ada. Menarik buat gue, semacam menambah kefantasian dan ke-antahberantah-an game ini.

Setting kota dalam game ini juga lumayan menarik. Contohnya Sarai yang merupakan kota di tengah gurun pasir, seperti layaknya kita lihat di timur tengah. Atau Astana (tidak diikuti Giribangun) yang sarat akan budaya ketimuran. Setting kebarat-baratan dapat kita temukan di Wyndia. Gue pribadi impressed dengan disain Astana dan Capital. Disainnya majestic, megah ala ala ketimuran.

Love & Romance

Kepolosan Ryu dan kelembutan hati Nina sangat mainstream, yang menarik buat gue adalah FouLu dan Mami, serta Cray dan Elina. Keduanya berakhir tragis dan membuat gue bergumam “hmmm sejak dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir”.

Tentunya anda-anda sekalian masih ingat event dimana FouLu kabur dari Bunyan, ditemukan dan akhirnya dirawat dengan penuh kasih sayang oleh Mami. Di titik ini FouLu merasa tidak semua manusia semenyedihkan yang ia pikirkan. Mami susah payah melindungi FouLu, menyebutnya Ryong yang diakuinya sebagai saudara, walau afeksinya jelas berbeda. Disitulah gue merasa sangat memahami karakter Mami yang ingin hidup damai berdua dengan Majestic FouLu. Namun keinginan itu jelas buyar. Serentetan peristiwa memilukan terjadi, berakhir dengan Mami yang dijadikan sandera—dan berakhir jadi tumbal Carronade—demi melindungi FouLu. FouLu pun semakin geram dengan tingkah Empire—walau digeneralisir menjadi seluruh spesies manusia (manusianya ngga cuma Homo sapiens sih)
Mami hendak dikurbankan, sungguh keji kelakuan Lord Yuna
Cray dan Elina. Yaaaa Cray susah payah mencari pujaan hatinya yang menghilang saat mengadakan pertemuan dengan Empire. Ternyata setelah dipertemukan dengan Elina, Cray harus mengabulkan permintaan sang pujaan hati yang telah menjadi korban eksperimen gila Lord Yuna—well makhluk semacam dia tak sepantasnya dipanggil Lord, menggunakan ilmu pengetahuan untuk tujuan keji! Berakhirlah hidup Elina di tangan kekasihnya, Cray. Dengan sangat terpaksa sekali. Namun pilihan itu dirasa jauh lebih baik diantara pilihan yang lain; hidup sebagai endless yang immortal namun terperangkap dalam bentuk yang sangat tidak manusiawi, atau mengakhiri semuanya dengan Dragonslayer. Demikian juga hidup, banyak pilihan krusial—but do not judging people that fast, you may not knowing the reasons behind their act.
Kamu punya tentacle? ttiiddaaakkkk
Well, in the end of the review, this game worth 8 of 10. A must played game on Playstation. Sebagai tambahan, gue adalah #TeamFouLu. FouLu deserves more happiness. Try it yourself, have fun!

Kamis, 05 Mei 2016

Dik Yuyun di Tengah Budaya Patriarki

Halo
Nyala Untuk Yuyun, saya harap tidak hanya secara simbolis
Sekali-kali kita membahas isu yang lumayan ya jangan yang remah rempeyek terus. Belakangan sedang mencuat tragedi di Bengkulu. Seorang pelajar SMP, dik Yuyun, yang sedang pulang  sekolah jalan sendirian lewat pinggir hutan diperkosa sampai meninggal oleh 14 pemuda di bawah umur dibawah pengaruh alkohol. Yuk sejenak kita panjatkan doa buat almarhumah, semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan YME. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Semoga tidak ada lagi kasus semacam ini. Aaamiin Ya Robbal Alamiin.

Khalayak ramai. Netizen mulai cuap-cuap. Selebtwat mulai mengeluarkan kultwat. Para pemilik kepentingan menggunakan tragedi ini untuk mendongkrak popularitas. Pegiat agama menawarkan solusi agamis. Senator semakin meradang karena ada isu alkohol disini. Di lain pihak ada yang merasa alkohol dikambinghitamkan disini. Ada kaum yang menyalahkan almarhumah karena pakaiannya (pakai seragam SMP non jilbab), karena ybs berjalan di pinggir hutan sendirian, karena tingkah laku ybs (padahal cuma jalan kaki sendirian doang). Pun muncul kaum yang menyalahkan empatbelas pemuda karena melakukan tindak biadab.  Namun ada sesuatu yang membuat gue gemas dengan pola pikir kebanyakan orang disini.

Terjadinya perkosaan menurut gue adalah bentuk pelecehan hak kemanusiaan—terutama perempuan. Perkosaan sendiri terjadi akibat paksaan. Kalo suka sama suka namanya bukan perkosaan—tapi tentu endingnya perempuan yang akan disalahkan sebagai pihak yang menggoda. Sudah diperkosa, masih distigma sebagai perempuan rendah, pecun, bispak. Semua julukan itu jelassss membuat korban semakin tersudut. Belum kalau pihak perempuan hamil dari hasil perkosaan tersebut, wah bisa makin amburadul L

Pemerkosaan dan tindakan asusila lainnya memang sudah lumrah dibenci banyak orang. Jelas. Di kitab suci agama apapun zina merupakan dosa besar. Dalam tatanan budaya maupun norma manapun, tindakan asusila adalah aib. Tapi mengapa lebih mudah orang-orang menghina perempuan sundal daripada laki-laki gigolo?

Sejak jaman Nabi Adam dan Siti Hawa masih kejar-kejaran manja di Taman Firdaus, Tuhan menciptakan manusia dua jenis; laki-laki dan perempuan. Gue tidak akan bilang wanita disini. Etimologi wanita berasal dari bahasa jawa “wani ditoto”, kulo emoh sakpenake mbok toto, kowe ki sopo hah? Maka gue tidak akan menggunakan ‘wanita’ kecuali dalam lirik lagu.

Dikutip dari sebuah manga—Laki-laki seperti matahari, dan perempuan seperti bulan—punya spesifikasi dan sukses dalam bidang mereka masing-masing, tapi tidak jarang juga perempuan sukses di bidang laki-laki dan sebaliknya. Tapi kenapa banyak perempuan menempatkan diri di bawah laki-laki? Apakah karena status build perempuan sebagai yang lemah lembut dan penuh kasih?

Dengan segala adat dan budaya ketimuran, kebanyakan dari kita dididik secara patriarkis. Laki-laki serba di atas perempuan. Perempuan harus selamanya inosen, serba tidak tahu, namun pandai merawat diri dan mengurus rumah tangga. Perempuan harus bangun pagi, laki-laki terserah. Tulisan perempuan harus bagus, laki-laki boleh ceker ayam. Ketek perempuan harus putih, laki-laki boleh gondrong karena ngga cukur bulu ketek. Perempuan tidak boleh menunjukkan libido dan ketertarikan mereka terhadap erotisme, laki-laki patut. Tugas perempuan cuma berputar antara dapur, sumur, kasur. Bahkan pada urusan kasur pun, perempuan lebih banyak pura-pura klimaks untuk menyenangkan pasangannya. Jika suami main perempuan atau kawin lagi di bawah tangan, perempuan harus bisa memaafkan dengan segala alasan, mulai dari norma sampai agama. Kalau perempuan berlaku sebaliknya? Jangan harap lancar kalau ini masih Indonesia.

Mengapa perempuan selalu jadi korban? Sekali-kali pengen gitu denger perkosaan laki-laki oleh perempuan. Eh tapi itu cuma H things ya, dibawah tag reverse rape. Perempuan selalu jadi korban karena termakan stigma, merasa lemah, merasa di bawah laki-laki, dan akhirnya cenderung menerima norma tersebut. Dan beberapa dari mereka mengutuki perempuan yang tidak dididik di bawah stigma tersebut. Jeruk berantem sama jeruk. Perempuan punya porsi mereka. Tidak harus sama dengan laki-laki, namun kami berhak melawan jika diperlakukan tidak adil.

Dalam kasus Dik Yuyun ini, ada saja lambe netizen yang tega menyalahkan Dik Yuyun mulai dari pakaiannya hingga berjalan sendirian. Terus kalau almarhumah pakai mukena, niscaya tidak akan diperkosa? Terus gimana dengan kasus pelecehan seksual sementara korbannya pakai pakaian yang rapat membungkus tubuh? Hasrat itu terbitnya dari otak pelaku boss ku—bukan dari atribut!

Gue percaya manusia lebih bermartabat dari binatang. Kita mulia karena kita punya akal yang mengimbangi napsu. Dengan demikian, patutlah kita berlaku lebih terhormat dari seekor binatang yang tidak dapat menahan gairah saat melihat betina.

Jadi, marilah kita lebih bijak menyikapi. Khususnya buat perempuan, berhentilah mengelompokkan diri jadi hijab syar’i vs jilboobs; working mom vs stay at home mom; ASI mom vs susu-formula mom; syar’i vs syar’u; moderat vs radikal; American look vs Korean look; ketek item vs ketek putih; dan sebagainya. Perempuan setara dengan laki-laki dalam kemanusiaan. Tidak usahlah memojokkan sesama perempuan cuma karena ia memilih jalan yang berbeda dengan Anda. Kita sama-sama berhak memilih.

Yang perlu Anda pojokkan itu cuma kebodohan, dan orang-orang yang menggunakan kesakitan orang untuk kepentingan Anda pribadi.
Diberdayakan oleh Blogger.