Sabtu, 13 Agustus 2016

Random thoughts : menikah muda dan sebuah lomba

Hai
Kembali lagi bersama bude dan tulisan-tulisannya yang overall sampah dan tidak berkualitas. Belakangan lagi rame nih, putra seorang Ustad terkenal menikahi seorang mualaf etnis tionghoa. Yaudah kita sebut aja namanya, lagian udah pada tau juga kan. Yap, Alvin (17 tahun) dan Larissa Chou (19 tahun). Wah bude turut mengucapkan selamat ya buat mudamudy yang kini sedang berasyikmasyuk—berbahagia maksud bude. Ini tulus lho, mengingat nikah itu adalah penyempurnaan separo dari agama, MasyaAllah bude kenapa ini?

Eh tapi, ada aja lho sebagian dari mereka yang nyinyirin keputusan Alvin dan Larissa. Astagfirullah, ada aja ya yang jahat nyinyirin akhy dan ukhty kita yang pernikahannya bagaikan mimpi ini—konon katanya Larissa mualaf setelah kalah debat, dan endingnya dinikahi Alvin. Entah bagaimana kebenarannya, mendengar asal muasal pernikahan ini Bude teringat akan jaman-jaman dahulu saat agama sedang gencar-gencarnya disebarkan.

Kenapa sih kaum itu tuh : yang katanya liberal, pro-ahox, JIL, sekuler, musuh hapit ary, endesbre endesbre, selalu mendiskreditkan hal-hal yang positif dan sarat makna relijius seperti keputusan dik Alvin ini? Sebutlah, Alvin dianggap menyalahi hukum karena menikah di umur 17 tahun, orangtua udah tajir jadi nikah semuda apapun rejeki nggak masalah, kebelet ngews berkedok menghindari zina, endesbre endesbre. Kok kesannya sentimen banget?

Lain halnya dengan kaum ini : yang katanya anti JIL, anti-ahox, anti-sekuler, anti-syiah, pembela Palestina, cinta mati Erdoganz, anti-khalwat padahal khalwat ena ena, antivaksin, endesbre endesbre, sebagian meradang dengan membuat meme. Meme tersebut lagi rame banget baik di instagram maupun twitter bude. Meme yang ada tulisannya “umur 17 tahun udah nikah, kalian umur 25 ++ udah ngapain aja?” wah meme tersebut rame dikomenin ukhty-ukhty yang mention akun pacarnya, minta dibawain mahar. Semoga maharnya nggak cuma 250ribu pake teh manis anget ya.

Dengan pikiran yang jernih (karena masih kenyang), Bude menyikapi twatwar dan perang komeng di ig ini. Sungguh, menurut bude tidak ada yang salah dengan keputusan dik Alvin. Konon katanya dik Alvin sudah mengunjungi majelis hukum tertentu dan dinyatakan layak nikah secara psikis dan finansial walau umurnya masih 17 tahun (katanya). Jika dirasa sudah siap, keluarga kedua belah pihak sudah acc, kenapa harus ditunda?

Cuma bagi bude, nikah bukan balapan. Kalo nikah adalah balapan mungkin di usia bude yang sudah 25 ++ ini anak bude sudah banyak. Kita tidak bisa membandingkan keadaan kita sekarang baik finansial, psikis, dan budaya dengan pendahulu-pendahulu kita—yang memang dinikahkan pada usia yang teramat sangat muda, sangat muda sampai dari segi kesehatan juga tidak baik. Bagi sebagian kaum urban, masih banyak hal-hal yang harus diraih sebelum nanti menapaki dunia rumah tangga—yang mana dunianya berputar pada keluarga. Apalagi perempuan urban, mereka mungkin punya cita-cita S2, S3, residensi, atau menjadi professor dulu sebelum melepas semuanya, menjadi ibu rumah tangga yang dunianya berputar pada anak, suami, dapur, kasur, sumur, setrikaan, mesin cuci, tagihan pam, endesbre endesbre. I feel you, urban women.

Pernikahan adalah momen sakral sekali seumur hidup (aamiin), quality over quantity, bukan balapan, bukan momen semata-mata untuk ngews secara halal, bukan untuk pamer, ya jadi menurut Bude pernikahan tidak untuk dibandingkan. Penuh persiapan dan kesiapan lahir dan batin. Inget kata Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21 yang terjemahannya kurang lebih begini : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” menikah untuk mencapai ketenteraman lahiriah dan batiniah, begitu pikir Bude.

(((LHOOO KENAPA BUDE TOBAT GINI)))

Dan bagi Bude, menikah muda itu bukanlah sebuah prestasi.  Kebanggaan meraih penghargaan Nobel dengan menikah di umur 19 tahun tentu berbeda, namun opsi kedua itu adalah pilihan. Sama dengan memilih untuk melanjutkan residensi instead of membangun keluarga dulu. Keberanian untuk mengambil keputusan besar tersebut di usia muda memang patut diacungi jempol, tapi itu bukan prestasi yang harus dielu-elukan dan ditiru khalayak ramai karena sudah barang tentu latar belakang masing-masing orang jelas berbeda. Jadi menurut Bude, kita perlu bijak dalam menyikapi respon netyzen-netyzen budiman. Menganjurkan nikah muda ya boleh (walau di telinga bude hal-hal semacam ini cuma kulo nuwun numpang lewat) tapi tidak boleh ada pemaksaan dalam pernikahan. Nikah buru-buru kalo belum siap nggo uopo ujung-ujunge cerai, padahal cerai adalah kegiatan halal yang dibenci Allah. Pun menjadi bahan gunjingan hangat ibu-ibu dan ART komplek. Hhhh.

Bude pribadi memilih untuk bersenang-senang dan mematangkan kepribadian dulu, supaya nantinya tidak menjadi istri dan ibu rumah tangga galau yang isi LINE-nya postingan prestigeholic, instead of being hot mama and hot wife. Dengan catatan : kalo ada yang mau. Kalo ngga ada bude akan fine-fine saja. Bumi tetap berputar pada porosnya. Bude akan tetap nonton bioskop sendirian, karaoke sendirian bila perlu, dan pergi ke kondangan sendirian. Bude akan tetap bekerja. Bude akan tetap menjadi himono onna dengan segala pemikiran-pemikiran randomnya. Bude #tidakbolehmanja.

Meme “umur 17 tahun udah nikah, kalian umur 25 ++ udah ngapain aja?” tersebut masih rame. Dengan segenap rasa humor, meme tersebut bude timpali, “sudah melakukan hal-hal ena yang tidak bisa kalian lakukan secara terang-terangan :)


Related Articles

2 komentar:

  1. Yang balapan itu Valentino Rossi hehe kalau nikah balapan bumi ini sudah tidak bisa menampung lagi manusia karena semua mau menjadi pemenangnya hehee salam kenal. Tulisannya santuy tetapi isinya menarik dan cukup berat temanya... salam blogger..

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.