Jumat, 01 Juli 2016

Review : Tenchu stealth assassins

Halo
Alhamdulillah kita semua (bude dan kalian-kalian yang berhasil menemukan blog sampah ini) dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan. Bude mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa buat yang berpuasa, dan selamat berbuka puasa buat yang sudah berbuka puasa. Buat yang tidak berpuasa, hidup merantau, malas masak dan atau tidak punya kompor, bude mengucapkan selamat mencari warung makan yang buka siang-siang.

Anyway, puasa-puasa gini enaknya males-malesan—mengerjakan hal yang nggak banyak mikir dan gerak, kalau emang bisa, sempat, dan pengen hehehe. Bisa tilawah, dzikir, membaca novel, belanja baju lebaran di tanah abang, nonton video masak dan Oogui Eater di Youtube (yang bikin kesel karena Kinoshita Yuko makan banyak banget sampe bisa bikin anak gizi buruk jadi gizi lebih tapi ngga gendut-gendut), mikir mau buka bersama temen SD—SMP–SMA—kuliah–RT–RW–geng—arisan  dimana, membaca jurnal paling update, diskusi ilmiah, baksos, mengingatkan gebetan untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah maupun fardhu padahal khalwat-khalwat ujungnya, yaaa hal-hal positif itulah yang kurang lebih dapat bude sebutkan. Eh tapi ada juga kegiatan negatif—yang biasanya bude lakukan saat bukan bulan Ramadhan. Eh kok? Yaiya, bude lagi syar’i aja, padahal biasanya syar’u

Salah satu dari sekian kegiatan yang bude hindari adalah bermain game-game kontroversial. Game kontroversial yang bude maksud disini adalah game-game yang NSFW, R18, M, wah yang nggak ‘semua umur’ lah ratingnya. Gak melulu game porno yang mengumbar aurat disana-sini, tapi juga game bertema kekerasan yang sarat akan konten gore, biasanya nggak semua kuat dan meniqmati genre ini. Hihi.

Nah dari sekian banyaaaaak game yang sarat akan tema tersebut di atas, bude punya banyak kenangan indah dengan Tenchu : stealth assassins, atau biasa kita kenal dengan Tenchu 1. Game ini adalah game ninja keluaran Activision yang sedikit berbeda dengan game action ninja kebanyakan, yang berhadapan dengan lawan-lawannya secara frontal. Seperti yang pernah bude bahas di (tenchu wrath of heaven), tenchu dari awal kelahirannya telah menggunakan motto “live by honour, kill by stealth” dimana kita diharapkan membunuh diam-diam, menjadi bayangan. Udah tau kan kisahnya game inilah yang pernah mengantar bude on air karena selera bude yang agak unusual.

Storyline

Alkisah hiduplah sepasang muda-mudi ninja klan Azuma, yang bekerja untuk Lord Gohda—seorang Daimyo yang baik hati, tidak sombong, adil bijaksana, anti korupsi, anti suap, dan mementingkan kepentingan rakyatnya di atas kepentingannya. Lord Gohda ini memiliki seorang anak perempuan bernama Princess Kiku, yang selalu menjadi beban buat ninja-ninja kita :’)
Berbagai misi kita jalani, mulai dari mengeksekusi pedagang yang suka main perempuan, mengantar pesan rahasia, melawan beruang, mengeksekusi menteri yang korup, melibas ketua sekte yang heretic (ini yang paling epik!), mengusir pelaut latin yang jahat, mencari obat untuk Princess Kiku, melawan Onikage (berkali-kali), sampe pada akhirnya melawan Lord Mei-Oh yang ajaib punya skill teleport. Naaah dulu saking seringnya gue main game ini, sempet ada masa dimana gue hapal dialog-dialog pre dan post boss battle.

Pada akhirnya kita akan melihat ending yang heartbreaking, membuat kita terperangah seraya bertanya-tanya dalam hati. Why Rikimaru, why???


Gameplay / battle system

Sekali lagi bude ulas, game ini (yang merupakan titik pangkal dari semua sekuel tenchu) punya pakem yang agak kurang lumrah untuk masa itu. Ya, stealth and swift assasinations. Playable character hanya Ayame dan Rikimaru. Ayame masih lincah dan powernya ngga ada, sementara Rikimaru powerful namun gerakannya lambat dan kaku. Selama perjalanan, kita diperbekali dengan berbagai item ninja. Yang masih menjadi favorit gue masih chameleon spell, decoy whistle, dan ninja armor. Item-item ini hanya bisa didapat jika ente-ente bisa menyelesaikan stage dengan titel grandmaster. Sebuah info yang tidak kalah menarik, dengan cheat kita bisa menyetting ayame dengan menggunakan sexy armor.

Hal yang disesalkan dari game ini adalah, belum dapat digunakannya stik analog. Jadi kameranya sangat sulit di-toggle. Character’s view sangat sulit diarahkan. Kemudian kesulitan lain adalah, character’s movement masih berat, kita akan sangat sulit menghindari serangan lawan (atau bahkan tidak bisa menghindar, instead of avoiding we’re likely to block enemy’s attack). Dari segi gameplay… hmm gue sudah pernah bilang kalo game semacam Tenchu adalah game pure skill (and bizzare interests such as silently, calmly waiting for prey to come and then swiftly assassinate it, one of the best feelings in my life), jadi hanya insting dan ekstremitas bude yang secara reflek bergerak.

Diantara sepuluh stage yang ada untuk masing-masing karakter, yang menjadi favorit masih stage 1, 5, 6, dan 9. Stage 1 dan 5 karena disainnya (dan gentengnya, damn I love roofs in tenchu series!!!) yang akan dibahas di segmen selanjutnya. Stage 6 karena ke-cult-annya yang sarat akan hal berbau mistis. Stage 9 pure karena stage ini dipenuhi dengan masked ninja & kunoichi yang kemampuannya sebenarnya 11-12 dengan main character, jadi ini stage paling menantang secara kualitas (tsaelah gaya)

Di game ini, terdapat beberapa boss yang harus kita hadapi. Sebut saja Echigoya, Goo dan beruang, Tazu dan abangnya yang terlupakan namanya (karena menurut gue lebih sulit mengalahkan Tazu dibanding abangnya???), minister Kataoka, Onikage, Lord Mei-oh dan lain-lain. Namun diantara boss tersebut di atas, gue paling menikmati battle versus Tazu dan Echigoya (karena kocak). Sedangkan untuk Onikage sendiri, hmmm kita perlu melawannya 4 kali, masing-masing di stage 3, 6, 9, dan 10. Kegigihan Onikage patut ditiru.

Design / graphics

Well, salah satu daya tarik konsep tenchu adalah ninja tradisional yang sangat jepang sekali. Jikapun ada senjata api disini, pasti senapan jaman duluuuu banget. Bisa dilihat dari disain stage-stage yang ada di game ini (dan sekuel-sekuelnya). Bangunan-bangunan yang jepang sekali, bodyguard yang jepang sekali, kecuali di stage 7 yang diimpor.

Hal vital yang sangat membantu gameplay adalah genteng / roof. Adanya roofs merupakan advantage tersendiri buat ninja. Khususnya bude, karena mengendap-endap dari atas genteng rasanya paling enakkk :3

Secara disain, bude paling suka stage 1 dan 5. Stage ini mengambil tempat di sebuah kediaman / kompleks. Bangunan-bangunan didisain tinggi dan mewah. Daya tarik di stage 1 adalah adanya taman-taman ala jepang yang gue ngga tau namanya apa, sedangkan di stage 5 karena semua tertutup salju, it’s all white as far as you can see.

Untuk stage 6, ada 1 pagoda tinggi yang jadi daya tarik. Selain itu adanya arca berbentuk aneh mirip tuyul di stage ini (yang harus kita lompatin kepalanya agar bisa melawan boss) menarik juga hehe walaupun bizzare dan creepy hehe.

Love & romance

Sebenarnya di game ini tidak ada unsur amore. Yang ada hanya kecintaan Echigoya akan uang, dan halusinasi fangirls akan adanya cinta antara Ayame dan Rikimaru. Eh bener loh, bude dulu sempet nyari-nyari doujinshi Aya x Riki, dan menemukan hentai mereka. Sebuah pencapaian.

Soundtracks

Bude pribadi sangat suka dengan BGM level 6, melodinya serupa dengan teriakan uiya. Dan tentu saja Uiya adalah wujud paling nonsense dan menakutkan di seri Tenchu manapun!!! Tidak lupa dengan Onikage theme yang diputar hmmm total 4 kali (level 3, 6, 9, dan 10) yang dinamis dan membuat kita ikut tegang saat melawan Onikage.

Overall, game ini walaupun gak enak-enak banget, punya peran yang vital dalam pembentukan masa remaja gue (padahal ratingnya M). Kalian bertanya-tanya ngga sih, kenapa bude lebih suka Tenchu series dibanding game-game gore lainnya, atau game action tembak-tembakan lainnya? Sederhana. Game-game gore menyiksa mangsanya sampe teriak-teriak, bude ngga suka kebisingan. Sedangkan game action FPS, yailah mangsanya gampang banget matinya, kita tinggal menarik pelatuk senjata api. Dan Tenchu memberikan jawabannya. Game yang gore dan bloody in medium amount, minimal jumpscares sehingga aman untuk jantung, dengan animasi yang tidak realistis, dibunuh dengan blade, swiftly, tenang, diam-diam, ngga ada yang tau (ngga boleh tau sebenernya), ngga berisik, menghindari konfrontasi langsung, aaaah kelas gue banget.

Done ranting my unusual reasons why we love tenchu. Objectively, I give this game 7 out of 10 tho I love it so much. It’s nice for having a good throwback tho.




Related Articles

2 komentar:

  1. Eh.. q juga pemain tenchu juga lho. Boleh minta WA/pinnya kali sekalian, hehe

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.