Selasa, 19 April 2016

Review : Persona 4

Halo

Baru-baru ini gue menamatkan Persona 4 di emulator PS2. Buset baru main P4 disaat P5 udah mau keluar??? Well gue tau ini sangat terlambat dikarenakan baru ganti lappy sekarang dan segala keterbatasan ekonomi & teknologi, itupun karena laptop lama gue layarnya goyang. Yah emang takdirnya baru dipertemukan dan menamatkan sekarang wkwk. Okay langsung aja ya

Persona adalah game yang sangat menyenangkan dan nagih. Terbukti. Gue getol banget main persona 4, bisa main hampir tiap hari dengan durasi kurang lebih 2 jam tiap main. Dan tentunya kita sudah tidak asing dengan seri ini, pernah gue bahas di review persona 3. And to be honest, I prefer this one both from storyline and battle system, except its love life and terrible romances. Sorry. Here’s the review, still as subjective as ever:

Storyline

Persona 4 masih berkutat dengan ordinary life seorang pelajar SMA seperti seri pendahulunya. Namun di seri ini, kita tidak bisa memilih gender MC. Kecewalah bude-bude ngga laku seperti gue karena tidak merasakan doki-doki asmara dua sejoli bak Galih dan Ratna.

MC, yang gue beri nama Yuu Mibu (Yu Narukami a.k.a. Souji Seta, tadinya mau gue kasih nama Yu Nishara), adalah seorang city boy yang pindah ke kota kecil bernama Inaba yang selalu hujan seperti Bogor, tapi Inaba tidak punya soto mie, asinan, toge goreng, angkot pink, dan taman botani tempat muda mudi menjalin kasih. Di Inaba—yang juga selalu berkabut, Yuu dititipkan untuk setahun kedepan kepada oomnya, detektif Dojima Ryotaro dan putrinya, Dojima Nanako. Dojima masih muda, ganteng, dan dia duda, hmmm okey. 

Kepindahan Yuu ke Inaba disambut dengan gosip panas kompor meledug politikus Namatame Taro yang having affair dengan jurnalis wanita Mayumi Yamano. Namun nasib berkata lain, terjadi sesuatu yang mengerikan! Jurnalis tersebut sempat dinyatakan hilang dan beberapa hari kemudian jasad jurnalis tsb ditemukan nyangkut di antena rumah warga. Hmmmm kok bisa mayatnya nyangkut disana? 

Tidak hanya itu, selang beberapa hari, kejadian serupa terulang kembali. Namun kali ini korbannya adalah seseorang yang tidak asing bagi MC; Konishi Saki. Kematian mendadak nan tragis kedua orang ini membuat warga Inaba ketakutan. Mengapa harus Saki senpai? Apa hubungannya dengan kematian jurnalis Mayumi Yamano? Kematian dua orang ini meninggalkan tanda tanya besar buat MC dkk dan kepolisian setempat.

Di sisi lain, Yuu applies for Yasogami High. Sebagai anak baru yang notabene city boy dan lumayan ngganteng, Yuu mulai berkawan dan jadi buah bibir. Sebut saja Yosuke, Chie, dan Yukiko sebagai starter pack. Terutama Yosuke, karena mereka sama-sama city boy yang pindah ke kota kecil, I feel you, lil bros. Di antara obrolan remeh temeh haha hehe mesam mesem mereka, Chie sempat membahas sebuah urban legend yang lagi hot di antara para pelajar kota Inaba : Midnight Channel. Konon pada tengah malam di kala hujan, midnight channel akan muncul di televisi. Saluran tersebut akan menampilkan siluet orang-orang yang akan hilang. Urban legend yang menggelitik. MC kita pun tertarik untuk membuktikan kebenaran mitos midnight channel yang penuh misteri ini.

Dan petualangan kita berawal dari sini…

Gameplay dan battle system

Overall persona 4 sangat menyenangkan. Universe-nya luas dan asyik untuk dijelajahi. Karakter-karakternya lebih kompleks. Item-itemnya didapat dengan ‘tukar tambah’ di pandai besi setempat, semakin beragam material yang kita dapat, semakin besar chance kita mendapatkan item baru, dan buat gue ini menyenangkan. MC kita bisa punya beberapa kerja sampingan, dari tukang sapu rumah sakit, translator, sampai guru les. Tentunya dengan gaji menarik dan beragam bonus stat. Bahkan ada beberapa social link yang didapat dari kerja sampingan tersebut : Temperance, Devil, Tower. Di seri ini kita juga bisa mancing mania mantap. Ikan yang didapat bisa ditukar dengan item, dipakai saat battle, atau dikasih ke kucing.

Persona 3 identik dengan eksplorasi Tartarus, sedangkan Persona 4 dengan eksplorasi televisi. Yap, MC dan teman-teman masuk ke dalam televisi—kebalikannya Sadako—dan melakukan sweeping shadow di dalamnya. Dalam eksplorasi tersebut, mereka mencari dan menyelamatkan orang-orang yang hilang dengan bantuan insight dari midnight channel. MC dan teman-teman diperbekali dengan kacamata khusus dan tentunya… their very own Persona.

Seperti pakemnya game Persona, dalam seri ini pun kita dituntut untuk bersosialisasi dengan penduduk Inaba. Mulai dari teman di sekolah, orang-orang di tempat kerja sampingan, sanak famili, dan lain-lain. Social Link yang telah terjalin direpresentasikan dengan arkana seperti pada kartu tarot, dan hal ini sudah jadi tradisi dalam seri Persona. Dari social link yang terjalin, kekuatan MC untuk membuat persona baru akan terbentuk. Di sisi lain, social link yang ada membuat MC lebih memahami sekitar. Sementara buat gue, social link yang ada di game ini membuat gue introspeksi, karena isu yang diangkat sedikit banyak terjadi di kehidupan kita. Gue ambil contoh : Chie yang diam-diam iri dengan Yukiko, sahabatnya sendiri; Yukiko yang merasa dibebani dengan bisnis hotel keluarganya, hal ini membuatnya ingin kabur dari semuanya; Kou Ichijo yang berseteru dengan keluarga perihal jatidirinya; Eri Minami yang kesulitan berkomunikasi dengan anak tirinya; Naoki konishi yang lelah dibayang-bayangi kematian kakaknya; Ai yang judesnya persis gue, tapi muke beda jauh; Naoto Shirogane dan Kanji Tatsumi yang bimbang dengan identitas dan seksualitas mereka; dan lain-lain. 

Menurut gue Persona adalah game yang manusiawi—dekat dengan kehidupan kita. Semakin gue bertambah tua dan menjadi bude-bude, gue semakin meresapi permasalahan yang dihadapi teman-teman MC. Pada akhirnya mereka menemukan solusi dan menjadi pribadi yang lebih baik. Oiya, dari social link tersebut MC bisa mendapatkan kekasih. But that’s not hype enough. How could I get the doki-doki while your MC—representing yourself—dating a girl? Cmon man, I’m straight.

Sedangkan untuk battle system, Persona 4 mengalami peningkatan dari persona 3. Saat social link yang MC jalin dengan teman-teman mencapai tingkat tertentu, mereka dapat melakukan follow up co-op attack, curing status ailments, even take lethal damages for you! Indahnya persahabatan. Oh satu hal yang gue gak suka, party tidak bisa disebar di dungeon seperti di persona 3. Jadi kemana-mana kita harus bersama dalam 1 party, tidak efisien. Sisanya kurang lebih sama dengan Persona 3.

Graphic & design

Persona 4 takes place in a countryside city called Inaba. Inaba surrounds by heavy fog. Sempat terbersit dalam pikiran gue “wah Inaba berkabut gini jadi kayak Silent Hill???” Kebalikan Persona 3 yang bersetting di kota, Persona 4 sungguh ndeso. Junes adalah toserba paling mewah di Inaba, ibarat kata Junes adalah toserba Ratu-nya Gombong. Hmmm okey. Sisanya masih sama dengan pendahulunya, tidak ada yang prominen.

Unfortunately, di seri ini kita tidak bisa mendandani karakter kita dengan baju seksi, karena mereka sudah berkomitmen untuk mengeksplorasi televisi dengan seragam sekolah. Hhh hilang deh kesenangan bude-bude ini.

Love & Romance

Bude meratap, mengapa P4 tidak bisa memilih gender MC? Kalau ternyata bisa pilih gender, gue akan memilih Kanji atau Naoki sebagai kekasih. Kenapa? Karena mereka butuh dibantu untuk mencari jati diri mereka masing-masing. Adachi juga bisa jadi salah satu pilihan. Kepribadiannya yang troubled menyentuh hati bude untuk membantunya menjadi orang yang lebih baik. Hmmm okey selera gue memang aneh.

Tapi dewi fortuna kali ini sedang tidak memihak pada gue. MC gender was male. XY. Jadilah gue sempet bingung mau berkasih dengan siapa. Sementara social link wanita yang tersedia :
  • Chie (Chariot)
  • Yukiko (Priestess)
  • Rise (Lover)
  • Naoto (Fortune)
  • Nanako (Justice)
  • Ai (Moon)
  • Yumi / Ayane (Sun) gue memilih Yumi secara muke Ayane gak menimbulkan kenyamanan di hati.
  • Sayoko (Devil)
  • Hisano Kuroda (Death)
  • Margaret (Empress)
  • Eri Minami (Temperance)
Diantara itu semua, Cuma Naoto yang menarik hati. Kepribadiannya yang malu-malu, face almost everything head on, emo tapi cynko (yailah pake disebut), dependable but fragile inside, hingga pilihannya untuk menyamarkan gender aslinya ala ala mitha the virgin membuat gue gemas. Apa yang salah dengan menjadi perempuan, dear Naoto?

Namun pada akhirnya gue memilih Yukiko yang reserved. Nothing excites me tho. But at least she is waaaay better than others. I mean, look: Chie acted as she was a big sis, remind me a lot of Captain Tsubasa’s Anego / Sanae which wasn’t my type at all; Rise’s being a dependent pussy; Nanako’s MC’s lil sis and you know I hated everyform of incests; Ai’s a bossy bitch, she’s pretty, mean, & had no character LOL; Yumi’s a independent one, capable of almost everything, but so sorry she’s not that hot; Nurse Sayoko’s hot, hardworker, tbh I liked it when she seduced MC and I’ve seen enough hentai to know where it’s going; Hisano’s a gloomy granny; Margaret’s elegant, kinda looked like Mitsuru in P3 (they represented the same arcana) but… was Margaret real?; Eri’s married woman, if only you’ve had some fetishes to lonely housewives?LOL.

The conclusion is... my love life and romances in P4 aint that happy. Not as happy as I did on previous sequel where I successfully fell for Shinjiro Senpai, reminding my teenage love affair *humming Bu Liao Qing while typing* *humming Bu Liao Qing as always* *Bu Liao Qing for intimate and sentimental moments*

Whew this review finally comes to an end! In the end, I conclude this game is heavily enjoyable. Say good bye to the ordinary—boring school life because we hafta enter the TV and save the whole city with our very own Persona! It’s 9,6 of 10.

Try it yourself, have fun!

Related Articles

0 Your comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.