Sabtu, 13 Agustus 2016

Random thoughts : menikah muda dan sebuah lomba

Hai
Kembali lagi bersama bude dan tulisan-tulisannya yang overall sampah dan tidak berkualitas. Belakangan lagi rame nih, putra seorang Ustad terkenal menikahi seorang mualaf etnis tionghoa. Yaudah kita sebut aja namanya, lagian udah pada tau juga kan. Yap, Alvin (17 tahun) dan Larissa Chou (19 tahun). Wah bude turut mengucapkan selamat ya buat mudamudy yang kini sedang berasyikmasyuk—berbahagia maksud bude. Ini tulus lho, mengingat nikah itu adalah penyempurnaan separo dari agama, MasyaAllah bude kenapa ini?

Eh tapi, ada aja lho sebagian dari mereka yang nyinyirin keputusan Alvin dan Larissa. Astagfirullah, ada aja ya yang jahat nyinyirin akhy dan ukhty kita yang pernikahannya bagaikan mimpi ini—konon katanya Larissa mualaf setelah kalah debat, dan endingnya dinikahi Alvin. Entah bagaimana kebenarannya, mendengar asal muasal pernikahan ini Bude teringat akan jaman-jaman dahulu saat agama sedang gencar-gencarnya disebarkan.

Kenapa sih kaum itu tuh : yang katanya liberal, pro-ahox, JIL, sekuler, musuh hapit ary, endesbre endesbre, selalu mendiskreditkan hal-hal yang positif dan sarat makna relijius seperti keputusan dik Alvin ini? Sebutlah, Alvin dianggap menyalahi hukum karena menikah di umur 17 tahun, orangtua udah tajir jadi nikah semuda apapun rejeki nggak masalah, kebelet ngews berkedok menghindari zina, endesbre endesbre. Kok kesannya sentimen banget?

Lain halnya dengan kaum ini : yang katanya anti JIL, anti-ahox, anti-sekuler, anti-syiah, pembela Palestina, cinta mati Erdoganz, anti-khalwat padahal khalwat ena ena, antivaksin, endesbre endesbre, sebagian meradang dengan membuat meme. Meme tersebut lagi rame banget baik di instagram maupun twitter bude. Meme yang ada tulisannya “umur 17 tahun udah nikah, kalian umur 25 ++ udah ngapain aja?” wah meme tersebut rame dikomenin ukhty-ukhty yang mention akun pacarnya, minta dibawain mahar. Semoga maharnya nggak cuma 250ribu pake teh manis anget ya.

Dengan pikiran yang jernih (karena masih kenyang), Bude menyikapi twatwar dan perang komeng di ig ini. Sungguh, menurut bude tidak ada yang salah dengan keputusan dik Alvin. Konon katanya dik Alvin sudah mengunjungi majelis hukum tertentu dan dinyatakan layak nikah secara psikis dan finansial walau umurnya masih 17 tahun (katanya). Jika dirasa sudah siap, keluarga kedua belah pihak sudah acc, kenapa harus ditunda?

Cuma bagi bude, nikah bukan balapan. Kalo nikah adalah balapan mungkin di usia bude yang sudah 25 ++ ini anak bude sudah banyak. Kita tidak bisa membandingkan keadaan kita sekarang baik finansial, psikis, dan budaya dengan pendahulu-pendahulu kita—yang memang dinikahkan pada usia yang teramat sangat muda, sangat muda sampai dari segi kesehatan juga tidak baik. Bagi sebagian kaum urban, masih banyak hal-hal yang harus diraih sebelum nanti menapaki dunia rumah tangga—yang mana dunianya berputar pada keluarga. Apalagi perempuan urban, mereka mungkin punya cita-cita S2, S3, residensi, atau menjadi professor dulu sebelum melepas semuanya, menjadi ibu rumah tangga yang dunianya berputar pada anak, suami, dapur, kasur, sumur, setrikaan, mesin cuci, tagihan pam, endesbre endesbre. I feel you, urban women.

Pernikahan adalah momen sakral sekali seumur hidup (aamiin), quality over quantity, bukan balapan, bukan momen semata-mata untuk ngews secara halal, bukan untuk pamer, ya jadi menurut Bude pernikahan tidak untuk dibandingkan. Penuh persiapan dan kesiapan lahir dan batin. Inget kata Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21 yang terjemahannya kurang lebih begini : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” menikah untuk mencapai ketenteraman lahiriah dan batiniah, begitu pikir Bude.

(((LHOOO KENAPA BUDE TOBAT GINI)))

Dan bagi Bude, menikah muda itu bukanlah sebuah prestasi.  Kebanggaan meraih penghargaan Nobel dengan menikah di umur 19 tahun tentu berbeda, namun opsi kedua itu adalah pilihan. Sama dengan memilih untuk melanjutkan residensi instead of membangun keluarga dulu. Keberanian untuk mengambil keputusan besar tersebut di usia muda memang patut diacungi jempol, tapi itu bukan prestasi yang harus dielu-elukan dan ditiru khalayak ramai karena sudah barang tentu latar belakang masing-masing orang jelas berbeda. Jadi menurut Bude, kita perlu bijak dalam menyikapi respon netyzen-netyzen budiman. Menganjurkan nikah muda ya boleh (walau di telinga bude hal-hal semacam ini cuma kulo nuwun numpang lewat) tapi tidak boleh ada pemaksaan dalam pernikahan. Nikah buru-buru kalo belum siap nggo uopo ujung-ujunge cerai, padahal cerai adalah kegiatan halal yang dibenci Allah. Pun menjadi bahan gunjingan hangat ibu-ibu dan ART komplek. Hhhh.

Bude pribadi memilih untuk bersenang-senang dan mematangkan kepribadian dulu, supaya nantinya tidak menjadi istri dan ibu rumah tangga galau yang isi LINE-nya postingan prestigeholic, instead of being hot mama and hot wife. Dengan catatan : kalo ada yang mau. Kalo ngga ada bude akan fine-fine saja. Bumi tetap berputar pada porosnya. Bude akan tetap nonton bioskop sendirian, karaoke sendirian bila perlu, dan pergi ke kondangan sendirian. Bude akan tetap bekerja. Bude akan tetap menjadi himono onna dengan segala pemikiran-pemikiran randomnya. Bude #tidakbolehmanja.

Meme “umur 17 tahun udah nikah, kalian umur 25 ++ udah ngapain aja?” tersebut masih rame. Dengan segenap rasa humor, meme tersebut bude timpali, “sudah melakukan hal-hal ena yang tidak bisa kalian lakukan secara terang-terangan :)


Jumat, 01 Juli 2016

Review : Tenchu stealth assassins

Halo
Alhamdulillah kita semua (bude dan kalian-kalian yang berhasil menemukan blog sampah ini) dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan. Bude mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa buat yang berpuasa, dan selamat berbuka puasa buat yang sudah berbuka puasa. Buat yang tidak berpuasa, hidup merantau, malas masak dan atau tidak punya kompor, bude mengucapkan selamat mencari warung makan yang buka siang-siang.

Anyway, puasa-puasa gini enaknya males-malesan—mengerjakan hal yang nggak banyak mikir dan gerak, kalau emang bisa, sempat, dan pengen hehehe. Bisa tilawah, dzikir, membaca novel, belanja baju lebaran di tanah abang, nonton video masak dan Oogui Eater di Youtube (yang bikin kesel karena Kinoshita Yuko makan banyak banget sampe bisa bikin anak gizi buruk jadi gizi lebih tapi ngga gendut-gendut), mikir mau buka bersama temen SD—SMP–SMA—kuliah–RT–RW–geng—arisan  dimana, membaca jurnal paling update, diskusi ilmiah, baksos, mengingatkan gebetan untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah maupun fardhu padahal khalwat-khalwat ujungnya, yaaa hal-hal positif itulah yang kurang lebih dapat bude sebutkan. Eh tapi ada juga kegiatan negatif—yang biasanya bude lakukan saat bukan bulan Ramadhan. Eh kok? Yaiya, bude lagi syar’i aja, padahal biasanya syar’u

Salah satu dari sekian kegiatan yang bude hindari adalah bermain game-game kontroversial. Game kontroversial yang bude maksud disini adalah game-game yang NSFW, R18, M, wah yang nggak ‘semua umur’ lah ratingnya. Gak melulu game porno yang mengumbar aurat disana-sini, tapi juga game bertema kekerasan yang sarat akan konten gore, biasanya nggak semua kuat dan meniqmati genre ini. Hihi.

Nah dari sekian banyaaaaak game yang sarat akan tema tersebut di atas, bude punya banyak kenangan indah dengan Tenchu : stealth assassins, atau biasa kita kenal dengan Tenchu 1. Game ini adalah game ninja keluaran Activision yang sedikit berbeda dengan game action ninja kebanyakan, yang berhadapan dengan lawan-lawannya secara frontal. Seperti yang pernah bude bahas di (tenchu wrath of heaven), tenchu dari awal kelahirannya telah menggunakan motto “live by honour, kill by stealth” dimana kita diharapkan membunuh diam-diam, menjadi bayangan. Udah tau kan kisahnya game inilah yang pernah mengantar bude on air karena selera bude yang agak unusual.

Storyline

Alkisah hiduplah sepasang muda-mudi ninja klan Azuma, yang bekerja untuk Lord Gohda—seorang Daimyo yang baik hati, tidak sombong, adil bijaksana, anti korupsi, anti suap, dan mementingkan kepentingan rakyatnya di atas kepentingannya. Lord Gohda ini memiliki seorang anak perempuan bernama Princess Kiku, yang selalu menjadi beban buat ninja-ninja kita :’)
Berbagai misi kita jalani, mulai dari mengeksekusi pedagang yang suka main perempuan, mengantar pesan rahasia, melawan beruang, mengeksekusi menteri yang korup, melibas ketua sekte yang heretic (ini yang paling epik!), mengusir pelaut latin yang jahat, mencari obat untuk Princess Kiku, melawan Onikage (berkali-kali), sampe pada akhirnya melawan Lord Mei-Oh yang ajaib punya skill teleport. Naaah dulu saking seringnya gue main game ini, sempet ada masa dimana gue hapal dialog-dialog pre dan post boss battle.

Pada akhirnya kita akan melihat ending yang heartbreaking, membuat kita terperangah seraya bertanya-tanya dalam hati. Why Rikimaru, why???


Gameplay / battle system

Sekali lagi bude ulas, game ini (yang merupakan titik pangkal dari semua sekuel tenchu) punya pakem yang agak kurang lumrah untuk masa itu. Ya, stealth and swift assasinations. Playable character hanya Ayame dan Rikimaru. Ayame masih lincah dan powernya ngga ada, sementara Rikimaru powerful namun gerakannya lambat dan kaku. Selama perjalanan, kita diperbekali dengan berbagai item ninja. Yang masih menjadi favorit gue masih chameleon spell, decoy whistle, dan ninja armor. Item-item ini hanya bisa didapat jika ente-ente bisa menyelesaikan stage dengan titel grandmaster. Sebuah info yang tidak kalah menarik, dengan cheat kita bisa menyetting ayame dengan menggunakan sexy armor.

Hal yang disesalkan dari game ini adalah, belum dapat digunakannya stik analog. Jadi kameranya sangat sulit di-toggle. Character’s view sangat sulit diarahkan. Kemudian kesulitan lain adalah, character’s movement masih berat, kita akan sangat sulit menghindari serangan lawan (atau bahkan tidak bisa menghindar, instead of avoiding we’re likely to block enemy’s attack). Dari segi gameplay… hmm gue sudah pernah bilang kalo game semacam Tenchu adalah game pure skill (and bizzare interests such as silently, calmly waiting for prey to come and then swiftly assassinate it, one of the best feelings in my life), jadi hanya insting dan ekstremitas bude yang secara reflek bergerak.

Diantara sepuluh stage yang ada untuk masing-masing karakter, yang menjadi favorit masih stage 1, 5, 6, dan 9. Stage 1 dan 5 karena disainnya (dan gentengnya, damn I love roofs in tenchu series!!!) yang akan dibahas di segmen selanjutnya. Stage 6 karena ke-cult-annya yang sarat akan hal berbau mistis. Stage 9 pure karena stage ini dipenuhi dengan masked ninja & kunoichi yang kemampuannya sebenarnya 11-12 dengan main character, jadi ini stage paling menantang secara kualitas (tsaelah gaya)

Di game ini, terdapat beberapa boss yang harus kita hadapi. Sebut saja Echigoya, Goo dan beruang, Tazu dan abangnya yang terlupakan namanya (karena menurut gue lebih sulit mengalahkan Tazu dibanding abangnya???), minister Kataoka, Onikage, Lord Mei-oh dan lain-lain. Namun diantara boss tersebut di atas, gue paling menikmati battle versus Tazu dan Echigoya (karena kocak). Sedangkan untuk Onikage sendiri, hmmm kita perlu melawannya 4 kali, masing-masing di stage 3, 6, 9, dan 10. Kegigihan Onikage patut ditiru.

Design / graphics

Well, salah satu daya tarik konsep tenchu adalah ninja tradisional yang sangat jepang sekali. Jikapun ada senjata api disini, pasti senapan jaman duluuuu banget. Bisa dilihat dari disain stage-stage yang ada di game ini (dan sekuel-sekuelnya). Bangunan-bangunan yang jepang sekali, bodyguard yang jepang sekali, kecuali di stage 7 yang diimpor.

Hal vital yang sangat membantu gameplay adalah genteng / roof. Adanya roofs merupakan advantage tersendiri buat ninja. Khususnya bude, karena mengendap-endap dari atas genteng rasanya paling enakkk :3

Secara disain, bude paling suka stage 1 dan 5. Stage ini mengambil tempat di sebuah kediaman / kompleks. Bangunan-bangunan didisain tinggi dan mewah. Daya tarik di stage 1 adalah adanya taman-taman ala jepang yang gue ngga tau namanya apa, sedangkan di stage 5 karena semua tertutup salju, it’s all white as far as you can see.

Untuk stage 6, ada 1 pagoda tinggi yang jadi daya tarik. Selain itu adanya arca berbentuk aneh mirip tuyul di stage ini (yang harus kita lompatin kepalanya agar bisa melawan boss) menarik juga hehe walaupun bizzare dan creepy hehe.

Love & romance

Sebenarnya di game ini tidak ada unsur amore. Yang ada hanya kecintaan Echigoya akan uang, dan halusinasi fangirls akan adanya cinta antara Ayame dan Rikimaru. Eh bener loh, bude dulu sempet nyari-nyari doujinshi Aya x Riki, dan menemukan hentai mereka. Sebuah pencapaian.

Soundtracks

Bude pribadi sangat suka dengan BGM level 6, melodinya serupa dengan teriakan uiya. Dan tentu saja Uiya adalah wujud paling nonsense dan menakutkan di seri Tenchu manapun!!! Tidak lupa dengan Onikage theme yang diputar hmmm total 4 kali (level 3, 6, 9, dan 10) yang dinamis dan membuat kita ikut tegang saat melawan Onikage.

Overall, game ini walaupun gak enak-enak banget, punya peran yang vital dalam pembentukan masa remaja gue (padahal ratingnya M). Kalian bertanya-tanya ngga sih, kenapa bude lebih suka Tenchu series dibanding game-game gore lainnya, atau game action tembak-tembakan lainnya? Sederhana. Game-game gore menyiksa mangsanya sampe teriak-teriak, bude ngga suka kebisingan. Sedangkan game action FPS, yailah mangsanya gampang banget matinya, kita tinggal menarik pelatuk senjata api. Dan Tenchu memberikan jawabannya. Game yang gore dan bloody in medium amount, minimal jumpscares sehingga aman untuk jantung, dengan animasi yang tidak realistis, dibunuh dengan blade, swiftly, tenang, diam-diam, ngga ada yang tau (ngga boleh tau sebenernya), ngga berisik, menghindari konfrontasi langsung, aaaah kelas gue banget.

Done ranting my unusual reasons why we love tenchu. Objectively, I give this game 7 out of 10 tho I love it so much. It’s nice for having a good throwback tho.




Sabtu, 11 Juni 2016

Review : Final Fantasy VIII

Halo
Kembali di acara review-mereview amatir. Sudah lama menamatkan Final Fantasy VIII seperti yang pernah gue bahas sedikit di Best Playstation Game Ever (me version) , tapi kok baru pengin menulis reviewnya sekarang? Apa mungkin bude sudah mulai merindukan jalinan asmara? Hmmm bisa jadi bisa jadi.


Storyline
characters of Final fantasy VIII courtesy of zelu1984 on deviantart, dengan berbagai outfit.
Final Fantasy VIII, sebuah game roman karya Squaresoft, merupakan game turn based RPG yang berkisah tentang Squall Lionheart. Squall sedang menuntut ilmu di Balamb Garden demi mencapai cita-citanya menjadi prajurit SeeD. SeeD adalah special force yang dilatih untuk bertarung melawan Sorceress, dan Garden adalah akademinya. Dalam kegiatan belajar-mengajar di Balamb Garden, Squall didampingi seorang Instruktur: Quistis Trepe. Dan dalam perjalanannya, Squall dituntut bekerja satu tim dengan Zell si Chicken Wuss, Rinoa si manja, Selphie yang selalu ceria, dan Irvine si playboy rapuh. Quistis, Zell, Selphie, dan Irvine sebenarnya adalah teman-teman masa kecil Squall di ‘sebuah panti asuhan di bawah mercusuar’. Hmmm kebetulan yang pas banget ya?
Seifer as rival abadi Squall. kalo lagi begini ngga keliatan annoying-nya wkwk
Squall mempunyai rival abadi : Seifer, yang selalu didayang-dayangi oleh Fuujin dan Raijin (pas banget ya?) dan selalu berhasil membuat Zell ngambek. Gue ga mengerti apa yang terjadi di kepala Seifer sampai akhirnya dia membelot menjadi Sorceress’s Knight. Bahkan sampai konco kenthelnya pun complain ke Squall, kata mereka Seifer berubah.
Bola sodok dhisit boss q
Di tengah game, Squall cs (kecuali Rinoa) bisa ketiduran dan mengalami mimpi yang sama! Mereka memimpikan Laguna, Kiros dan Ward. Dalam mimpinya itu pun kita bisa mengalami boss battle, dan memahami apa yang terjadi di masa lampau, terutama mengenai Ellone.
Musuh utama di game ini jelas Sorceress. Mulai dari Edea (yang ternyata adalah matron dan istri pak kepsek, cukup mengejutkan), Adel, and the ultimate Ultimecia.
Gue punya kekaguman sendiri terhadap Ultimecia dan segala ke-cult-annya. Gue bahkan hapal dialog pertama Ultimecia sesaat sebelum last battle. Ultimecia remains mysterious even years after. Does she really die? Does she really escape to another time using time compression magic? 
Final Fantasy VIII memberikan kita infinite loop lengkap dengan misteri identitas Ultimecia. Secara khusus gue akan memuji Ultimecia Castle disini. Kenapa? Karena Ultimecia dan dungeonnya adalah sebuah masterpiece! Sebuah kastil yang terletak di antara dimensi waktu, jalan menuju kesana melalui rantai-rantai raksasa, ditambah dengan segenap teka-teki dan boss-boss ciamik termasuk Omega weapon yang harus dihadapi disana—menurut gue ini sangat Ultimecia!

Gameplay / battle system
Masih dengan pakem J-turned based RPG, Cuma disini yang menurut gue menarik adalah system junction. Memang, tanpa GF (guardian forces, not girlfriend) karakter tidak dapat berbuat apa-apa dalam battle. Maka penjuctionan ini hukumnya adalah mutlak! GF yang telah dipasang ke karakter dapat diset kemampuannya. Disesuaikan dengan status dan magic karakter tersebut. Hal paling menyenangkan dalam penjunctionan ini adalah.. kalian bisa membuat HP karakter 9999, dan atau imun terhadap status atau elemental attack tertentu dengan menjunction magic tertentu. Agar hasil maksimal, pastikan magic yang dijunction berjumlah 99 ^^
Di game ini ternyata kita bisa main chocobo seperti pada seri pendahulunya, namun harus menggunakan socket tertentu (yang nggak tau di Indonesia dijual atau ngga) walhasil fitur chocobo hampir tidak terpakai disini.
Limit break masih punya tempat disini. Limit break bisa digunakan saat HP karakter berubah warna jadi kuning dan atau menggunakan magic aura. Limit break pun bermacam-macam tergantung spesialisasi karakter. Tbh limit paling ngga berguna adalah Selphie, aduh please keburu besok ya mijit-mijit stik nyari skill The End. Dan limit break paling berguna adalah Invincible moon-nya Angelo dan Rinoa. Wah selamat Rinoa akhirnya kamu dapat pujian dari Bude. Sisanya so so.
Ngomong-ngomong soal battle, battle paling berkesan di sepanjang game ini adalah saat melawan Omega Weapon: perlu dijelaskan kenapa? Oke, HPnya satu juta, attacknya bisa 9999, cara menemukannya dibutuhkan kerja keras dan teamwork yang baik, saat melawannya kita bisa puasss pake meltdown, aura, invincible moon dan limit limit limit sampe bego. Puassss.
untuk melawan omega weapon, dibutuhkan kerjasama tim, kesabaran, keuletan, dan invincible moon Rinoa - Angelo
Honorable mention to Ultimecia, yaiyalah boss terakhir bentuknya pasti bermacam-macam; dan Bahamut, sebenernya ngga sesulit Omega Weapon hanya saja dungeon untuk menuju kesana semacam annoying sekali dengan encounter rate yang saaaaaaaaangat tinggi.

Graphic & design
Jujur saja grafis game ini jauh lebih baik dari pendahulunya, Final Fantasy VII. Karakter digambarkan tampan, rupawan, dan proporsional. Tidak akan saya bahas lebih lanjut karena yaudah bagus aja gitu grafisnya.

Love & romance
a | yha neng | neng pengen tahu bulat | ntar aa beliin tapi peluk aa dulu dong neng | nggg aa |
This section is the point of this game. Menurut gue mungkin saat brainstorming FFVIII, orang-orang squareenix lagi butuh kasih sayang sekali. Tidak seperti Final Fantasy VII yang meninggalkan misteri abadi Tifa atau Aerith (walau beberapa orang yang gue debat tidak membenarkan segitiga asmara ini), jelas di game ini Rinoalah pemenang hati Squall. Tbh, Rinoa’s personality’s bitch. Sepanjang game gue tidak jatuh cinta dengan kepribadian Rinoa, tidak seperti saat gue main FFX dan mengerti mengapa Tidus memilih Yuna. Dan bagian tainya adalah Squall head over heel for her??? Bude sungguh tidak memahami laki-laki. Dunia memang kejam buat perempuan-perempuan yang tidak menarik secara fisik :(
Remake of Squall and Rinoa in Gustav Klimt "kiss", not mine tho wkwkwk
Selain itu ada cinta dan kasih sayang matron Edea terhadap anak-anak asuhnya. Saking sayangnya, Edea memprakarsai SeeD sendiri untuk mengantisipasi bila kelak ia berubah menjadi sorceress. Sungguh ibu yang sangat thoughtful.

Soundtracks / BGMs
segmen baru nih, mengingat final fantasy VIII punya soundtrack yang kesohor jauh sebelum suteki da ne ngeboom. yap, Eyes on Me. lagu ini dinyanyikan Faye Wong dalam bahasa inggris, namun gue punya aransemennya dengan instrumen tradisional jepang judulnya Natsu no Album (arubamu)
Selain hitsnya Eyes on Me, gue tetap terdepan dalam menggemari Ultimecia castle's theme, judulnya The Castle
Selain itu, gue juga menggemari Fithos Lusec Wecos Vinosec, yang diputer saat Sorceress parade
Masih banyak BGM lain yang gue sukai, seperti Blue Field, Galbadia Garden, Waltz to the moon, Maybe i'm the lion, dll dkk bisa disearch sendiri hehehe.

Hmmm tiba saatnya kita di penghujung review. Menurut gue Final Fantasy VIII cocok buat kalian yang suka dengan long-story RPG (total 4 disc) cukup menghibur untuk dimainkan saat puasa, tidak ada konten seks maupun kekerasan yang banget-banget. System junction-nya menghibur, dan buat kalian yang suka kisah roman vicisan, game ini pas sekali. Bude memberi nilai 7,8 out of 10. Memang bagus sih, tapi kalo pemerannya secakep Rinoa dan Squall semua jadi terasa tidak adil. Love hurts, ya, love hurts! 

Jumat, 06 Mei 2016

Review : Breath of Fire IV

Halo
Bahas breath of fire IV yuk kali ini?

Jadi BoF4 yang notabene keluaran Capcom ini adalah seri breath of fire a.k.a. utsurowazarumono pertama yang gue mainkan. Gue masih ingat betul saat itu gue masih kelas 1 smp. Masih polos-polos bego gimana gitu. Awal ketertarikan main game ini adalah karena majalah Hotgame (yap! Majalah game pertama di Indonesia, yang menurut gue juga yang terbaik! I remember those days when I used to read the hotgame walkthrough outloud and my bestfriend take control of the game…) dan juga dari cover game-nya??? (Ya, gue tau gue adalah manusia berkepribadian dangkal)

Storyline
Breath of fire 4 (selanjutnya BoF4) berkisah tentang petualangan Nina dan Cray yang mencari Elina. Di tengah perjalanan mereka, seekor (sebentuk? Seorang? Seonggok? Well it could be anything lah) sand dragon menyerang dan menghancurkan sandflyer yang mereka kendarai. Di tengah kebingungan karena sandflyer hancur dan butuh beberapa onderdil, mereka mulai berjalan setapak demi setapak ke kota terdekat : Sarai. Di tengah perjalanan mereka menuju Sarai, Nina dan Cray bertemu dengan Ryu—sang yorae dragon—yang telanjang bulat. Hmmm ya okay. Ryu yang kelihatan bingung dan tidak punya tujuan hidup bak bayi baru lahir akhirnya bergabung dengan Nina’s party menuju ke Sarai.

Di Kota Sarai—yang padat dan sempit bak tanahabang di bulan puasa—inilah, Nina cs pertama kali bersengketa dengan Empire Army. Seiring berjalannya cerita, kita akan mengetahui motif dibalik aksi Empire Army ini—mencari sang yorae dragon dan mencegahnya bersatu dengan Emperor FouLu. Mengapa mereka melakukan hal ini? Dalam universe BoF4 terdapat suatu keniscayaan, barangsiapa berhasil menguasai Endless, maka dunia akan berjalan sesuai keinginannya. Maka Empire berusaha sekuat mungkin untuk memisahkan Ryu dan FouLu—yang sebenarnya adalah satu—agar kekuatan mereka masing-masing dapat dikendalikan Empire. Dengan cara inilah Empire menguasai dunia.
Sarai < Tanah Abang
Sementara itu, di Astana, Emperor FouLu bangkit dari kuburnya (and I really mean it). Merasa separuh dari dirinya (ya, memang kalo ditranslasikan ke bahasa jadi seperti judul hitsnya Anang post cerai dengan KD, tapi tak begini!) telah muncul, FouLu kemudian berencana menemuinya, melebur dengannya, dan meraih kesempurnaan sebagai Endless. Niatnya telah diketahui Emperor Army, dan tentunya dihalangi dengan dalih “God are now unnecessary for human being”. Dengan kondisi yang tidak fit, FouLu akhirnya memilih untuk melarikan diri dari pelbagai serangan Empire Army.

BoF4 menyajikan cerita dari dua sudut pandang yang berbeda—Ryu dan FouLu. Sepanjang game, karakter masing-masing ditempa melalui berbagai kejadian yang juga beragam (kebetulan FouLu kebanyakan dapet yang ngenes).

Gameplay / battle system

BoF4 adalah turn based RPG dengan berbagai fitur menarik sehingga tidak semembosankan turn based RPG klasik ala ala RPG 8bit. Salah satu fitur tersebut adalah kombo. Jujur sistem kombo ini adalah yang paling menarik dari semua yang ada dalam BoF4 ini, selain keindahan dan keangkuhan FouLu.

Game ini turut menambahkan fitur memancing yang cukup menghibur, karena tiap tempat mancing punya karakteristik masing-masing. Hasil mancing mania mantap tersebut dapat dipergunakan dalam battle, walau ada beberapa yang dijadikan key item dalam perjalanan.
cita-cita mulia Deis
Dalam dungeon, player dapat bertukar dan tentunya mengeluarkan kemampuan khusus dengan menekan tombol segitiga. Contoh : Nina bisa terbang, Ershin dapat menyundul (lebih mirip gerakan rukuk yang tidak tumaninah), Cray dapat mendorong (paling berguna).

Graphic & Design

BoF4 adalah game 2D yang dimensinya dinamis. Sudut pandang yang bisa berubah-ubah ini kadang jadi keunggulan, kadang jadi kekurangan. Untuk kota semacam Sarai yang padatnya semacam Jl. Daan Mogot hari Senin pagi, jujur gue beubeuh liatnya. Tapi yaaa cukup lah. Gue ga akan bilang ini sejelek FF7 J
Sarai < Daan Mogot
Karakter didisain ala-ala anime yang sedikit kebarat-baratan (???), ras yang ada dalam game ini pun bermacam-macam. Mulai dari semacam kucing, anjing, rubah, kodok, sampe manusia (yaiyalah) ada. Menarik buat gue, semacam menambah kefantasian dan ke-antahberantah-an game ini.

Setting kota dalam game ini juga lumayan menarik. Contohnya Sarai yang merupakan kota di tengah gurun pasir, seperti layaknya kita lihat di timur tengah. Atau Astana (tidak diikuti Giribangun) yang sarat akan budaya ketimuran. Setting kebarat-baratan dapat kita temukan di Wyndia. Gue pribadi impressed dengan disain Astana dan Capital. Disainnya majestic, megah ala ala ketimuran.

Love & Romance

Kepolosan Ryu dan kelembutan hati Nina sangat mainstream, yang menarik buat gue adalah FouLu dan Mami, serta Cray dan Elina. Keduanya berakhir tragis dan membuat gue bergumam “hmmm sejak dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir”.

Tentunya anda-anda sekalian masih ingat event dimana FouLu kabur dari Bunyan, ditemukan dan akhirnya dirawat dengan penuh kasih sayang oleh Mami. Di titik ini FouLu merasa tidak semua manusia semenyedihkan yang ia pikirkan. Mami susah payah melindungi FouLu, menyebutnya Ryong yang diakuinya sebagai saudara, walau afeksinya jelas berbeda. Disitulah gue merasa sangat memahami karakter Mami yang ingin hidup damai berdua dengan Majestic FouLu. Namun keinginan itu jelas buyar. Serentetan peristiwa memilukan terjadi, berakhir dengan Mami yang dijadikan sandera—dan berakhir jadi tumbal Carronade—demi melindungi FouLu. FouLu pun semakin geram dengan tingkah Empire—walau digeneralisir menjadi seluruh spesies manusia (manusianya ngga cuma Homo sapiens sih)
Mami hendak dikurbankan, sungguh keji kelakuan Lord Yuna
Cray dan Elina. Yaaaa Cray susah payah mencari pujaan hatinya yang menghilang saat mengadakan pertemuan dengan Empire. Ternyata setelah dipertemukan dengan Elina, Cray harus mengabulkan permintaan sang pujaan hati yang telah menjadi korban eksperimen gila Lord Yuna—well makhluk semacam dia tak sepantasnya dipanggil Lord, menggunakan ilmu pengetahuan untuk tujuan keji! Berakhirlah hidup Elina di tangan kekasihnya, Cray. Dengan sangat terpaksa sekali. Namun pilihan itu dirasa jauh lebih baik diantara pilihan yang lain; hidup sebagai endless yang immortal namun terperangkap dalam bentuk yang sangat tidak manusiawi, atau mengakhiri semuanya dengan Dragonslayer. Demikian juga hidup, banyak pilihan krusial—but do not judging people that fast, you may not knowing the reasons behind their act.
Kamu punya tentacle? ttiiddaaakkkk
Well, in the end of the review, this game worth 8 of 10. A must played game on Playstation. Sebagai tambahan, gue adalah #TeamFouLu. FouLu deserves more happiness. Try it yourself, have fun!

Kamis, 05 Mei 2016

Dik Yuyun di Tengah Budaya Patriarki

Halo
Nyala Untuk Yuyun, saya harap tidak hanya secara simbolis
Sekali-kali kita membahas isu yang lumayan ya jangan yang remah rempeyek terus. Belakangan sedang mencuat tragedi di Bengkulu. Seorang pelajar SMP, dik Yuyun, yang sedang pulang  sekolah jalan sendirian lewat pinggir hutan diperkosa sampai meninggal oleh 14 pemuda di bawah umur dibawah pengaruh alkohol. Yuk sejenak kita panjatkan doa buat almarhumah, semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan YME. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Semoga tidak ada lagi kasus semacam ini. Aaamiin Ya Robbal Alamiin.

Khalayak ramai. Netizen mulai cuap-cuap. Selebtwat mulai mengeluarkan kultwat. Para pemilik kepentingan menggunakan tragedi ini untuk mendongkrak popularitas. Pegiat agama menawarkan solusi agamis. Senator semakin meradang karena ada isu alkohol disini. Di lain pihak ada yang merasa alkohol dikambinghitamkan disini. Ada kaum yang menyalahkan almarhumah karena pakaiannya (pakai seragam SMP non jilbab), karena ybs berjalan di pinggir hutan sendirian, karena tingkah laku ybs (padahal cuma jalan kaki sendirian doang). Pun muncul kaum yang menyalahkan empatbelas pemuda karena melakukan tindak biadab.  Namun ada sesuatu yang membuat gue gemas dengan pola pikir kebanyakan orang disini.

Terjadinya perkosaan menurut gue adalah bentuk pelecehan hak kemanusiaan—terutama perempuan. Perkosaan sendiri terjadi akibat paksaan. Kalo suka sama suka namanya bukan perkosaan—tapi tentu endingnya perempuan yang akan disalahkan sebagai pihak yang menggoda. Sudah diperkosa, masih distigma sebagai perempuan rendah, pecun, bispak. Semua julukan itu jelassss membuat korban semakin tersudut. Belum kalau pihak perempuan hamil dari hasil perkosaan tersebut, wah bisa makin amburadul L

Pemerkosaan dan tindakan asusila lainnya memang sudah lumrah dibenci banyak orang. Jelas. Di kitab suci agama apapun zina merupakan dosa besar. Dalam tatanan budaya maupun norma manapun, tindakan asusila adalah aib. Tapi mengapa lebih mudah orang-orang menghina perempuan sundal daripada laki-laki gigolo?

Sejak jaman Nabi Adam dan Siti Hawa masih kejar-kejaran manja di Taman Firdaus, Tuhan menciptakan manusia dua jenis; laki-laki dan perempuan. Gue tidak akan bilang wanita disini. Etimologi wanita berasal dari bahasa jawa “wani ditoto”, kulo emoh sakpenake mbok toto, kowe ki sopo hah? Maka gue tidak akan menggunakan ‘wanita’ kecuali dalam lirik lagu.

Dikutip dari sebuah manga—Laki-laki seperti matahari, dan perempuan seperti bulan—punya spesifikasi dan sukses dalam bidang mereka masing-masing, tapi tidak jarang juga perempuan sukses di bidang laki-laki dan sebaliknya. Tapi kenapa banyak perempuan menempatkan diri di bawah laki-laki? Apakah karena status build perempuan sebagai yang lemah lembut dan penuh kasih?

Dengan segala adat dan budaya ketimuran, kebanyakan dari kita dididik secara patriarkis. Laki-laki serba di atas perempuan. Perempuan harus selamanya inosen, serba tidak tahu, namun pandai merawat diri dan mengurus rumah tangga. Perempuan harus bangun pagi, laki-laki terserah. Tulisan perempuan harus bagus, laki-laki boleh ceker ayam. Ketek perempuan harus putih, laki-laki boleh gondrong karena ngga cukur bulu ketek. Perempuan tidak boleh menunjukkan libido dan ketertarikan mereka terhadap erotisme, laki-laki patut. Tugas perempuan cuma berputar antara dapur, sumur, kasur. Bahkan pada urusan kasur pun, perempuan lebih banyak pura-pura klimaks untuk menyenangkan pasangannya. Jika suami main perempuan atau kawin lagi di bawah tangan, perempuan harus bisa memaafkan dengan segala alasan, mulai dari norma sampai agama. Kalau perempuan berlaku sebaliknya? Jangan harap lancar kalau ini masih Indonesia.

Mengapa perempuan selalu jadi korban? Sekali-kali pengen gitu denger perkosaan laki-laki oleh perempuan. Eh tapi itu cuma H things ya, dibawah tag reverse rape. Perempuan selalu jadi korban karena termakan stigma, merasa lemah, merasa di bawah laki-laki, dan akhirnya cenderung menerima norma tersebut. Dan beberapa dari mereka mengutuki perempuan yang tidak dididik di bawah stigma tersebut. Jeruk berantem sama jeruk. Perempuan punya porsi mereka. Tidak harus sama dengan laki-laki, namun kami berhak melawan jika diperlakukan tidak adil.

Dalam kasus Dik Yuyun ini, ada saja lambe netizen yang tega menyalahkan Dik Yuyun mulai dari pakaiannya hingga berjalan sendirian. Terus kalau almarhumah pakai mukena, niscaya tidak akan diperkosa? Terus gimana dengan kasus pelecehan seksual sementara korbannya pakai pakaian yang rapat membungkus tubuh? Hasrat itu terbitnya dari otak pelaku boss ku—bukan dari atribut!

Gue percaya manusia lebih bermartabat dari binatang. Kita mulia karena kita punya akal yang mengimbangi napsu. Dengan demikian, patutlah kita berlaku lebih terhormat dari seekor binatang yang tidak dapat menahan gairah saat melihat betina.

Jadi, marilah kita lebih bijak menyikapi. Khususnya buat perempuan, berhentilah mengelompokkan diri jadi hijab syar’i vs jilboobs; working mom vs stay at home mom; ASI mom vs susu-formula mom; syar’i vs syar’u; moderat vs radikal; American look vs Korean look; ketek item vs ketek putih; dan sebagainya. Perempuan setara dengan laki-laki dalam kemanusiaan. Tidak usahlah memojokkan sesama perempuan cuma karena ia memilih jalan yang berbeda dengan Anda. Kita sama-sama berhak memilih.

Yang perlu Anda pojokkan itu cuma kebodohan, dan orang-orang yang menggunakan kesakitan orang untuk kepentingan Anda pribadi.

Selasa, 19 April 2016

Review : Persona 4

Halo

Baru-baru ini gue menamatkan Persona 4 di emulator PS2. Buset baru main P4 disaat P5 udah mau keluar??? Well gue tau ini sangat terlambat dikarenakan baru ganti lappy sekarang dan segala keterbatasan ekonomi & teknologi, itupun karena laptop lama gue layarnya goyang. Yah emang takdirnya baru dipertemukan dan menamatkan sekarang wkwk. Okay langsung aja ya

Persona adalah game yang sangat menyenangkan dan nagih. Terbukti. Gue getol banget main persona 4, bisa main hampir tiap hari dengan durasi kurang lebih 2 jam tiap main. Dan tentunya kita sudah tidak asing dengan seri ini, pernah gue bahas di review persona 3. And to be honest, I prefer this one both from storyline and battle system, except its love life and terrible romances. Sorry. Here’s the review, still as subjective as ever:

Storyline

Persona 4 masih berkutat dengan ordinary life seorang pelajar SMA seperti seri pendahulunya. Namun di seri ini, kita tidak bisa memilih gender MC. Kecewalah bude-bude ngga laku seperti gue karena tidak merasakan doki-doki asmara dua sejoli bak Galih dan Ratna.

MC, yang gue beri nama Yuu Mibu (Yu Narukami a.k.a. Souji Seta, tadinya mau gue kasih nama Yu Nishara), adalah seorang city boy yang pindah ke kota kecil bernama Inaba yang selalu hujan seperti Bogor, tapi Inaba tidak punya soto mie, asinan, toge goreng, angkot pink, dan taman botani tempat muda mudi menjalin kasih. Di Inaba—yang juga selalu berkabut, Yuu dititipkan untuk setahun kedepan kepada oomnya, detektif Dojima Ryotaro dan putrinya, Dojima Nanako. Dojima masih muda, ganteng, dan dia duda, hmmm okey. 

Kepindahan Yuu ke Inaba disambut dengan gosip panas kompor meledug politikus Namatame Taro yang having affair dengan jurnalis wanita Mayumi Yamano. Namun nasib berkata lain, terjadi sesuatu yang mengerikan! Jurnalis tersebut sempat dinyatakan hilang dan beberapa hari kemudian jasad jurnalis tsb ditemukan nyangkut di antena rumah warga. Hmmmm kok bisa mayatnya nyangkut disana? 

Tidak hanya itu, selang beberapa hari, kejadian serupa terulang kembali. Namun kali ini korbannya adalah seseorang yang tidak asing bagi MC; Konishi Saki. Kematian mendadak nan tragis kedua orang ini membuat warga Inaba ketakutan. Mengapa harus Saki senpai? Apa hubungannya dengan kematian jurnalis Mayumi Yamano? Kematian dua orang ini meninggalkan tanda tanya besar buat MC dkk dan kepolisian setempat.

Di sisi lain, Yuu applies for Yasogami High. Sebagai anak baru yang notabene city boy dan lumayan ngganteng, Yuu mulai berkawan dan jadi buah bibir. Sebut saja Yosuke, Chie, dan Yukiko sebagai starter pack. Terutama Yosuke, karena mereka sama-sama city boy yang pindah ke kota kecil, I feel you, lil bros. Di antara obrolan remeh temeh haha hehe mesam mesem mereka, Chie sempat membahas sebuah urban legend yang lagi hot di antara para pelajar kota Inaba : Midnight Channel. Konon pada tengah malam di kala hujan, midnight channel akan muncul di televisi. Saluran tersebut akan menampilkan siluet orang-orang yang akan hilang. Urban legend yang menggelitik. MC kita pun tertarik untuk membuktikan kebenaran mitos midnight channel yang penuh misteri ini.

Dan petualangan kita berawal dari sini…

Gameplay dan battle system

Overall persona 4 sangat menyenangkan. Universe-nya luas dan asyik untuk dijelajahi. Karakter-karakternya lebih kompleks. Item-itemnya didapat dengan ‘tukar tambah’ di pandai besi setempat, semakin beragam material yang kita dapat, semakin besar chance kita mendapatkan item baru, dan buat gue ini menyenangkan. MC kita bisa punya beberapa kerja sampingan, dari tukang sapu rumah sakit, translator, sampai guru les. Tentunya dengan gaji menarik dan beragam bonus stat. Bahkan ada beberapa social link yang didapat dari kerja sampingan tersebut : Temperance, Devil, Tower. Di seri ini kita juga bisa mancing mania mantap. Ikan yang didapat bisa ditukar dengan item, dipakai saat battle, atau dikasih ke kucing.

Persona 3 identik dengan eksplorasi Tartarus, sedangkan Persona 4 dengan eksplorasi televisi. Yap, MC dan teman-teman masuk ke dalam televisi—kebalikannya Sadako—dan melakukan sweeping shadow di dalamnya. Dalam eksplorasi tersebut, mereka mencari dan menyelamatkan orang-orang yang hilang dengan bantuan insight dari midnight channel. MC dan teman-teman diperbekali dengan kacamata khusus dan tentunya… their very own Persona.

Seperti pakemnya game Persona, dalam seri ini pun kita dituntut untuk bersosialisasi dengan penduduk Inaba. Mulai dari teman di sekolah, orang-orang di tempat kerja sampingan, sanak famili, dan lain-lain. Social Link yang telah terjalin direpresentasikan dengan arkana seperti pada kartu tarot, dan hal ini sudah jadi tradisi dalam seri Persona. Dari social link yang terjalin, kekuatan MC untuk membuat persona baru akan terbentuk. Di sisi lain, social link yang ada membuat MC lebih memahami sekitar. Sementara buat gue, social link yang ada di game ini membuat gue introspeksi, karena isu yang diangkat sedikit banyak terjadi di kehidupan kita. Gue ambil contoh : Chie yang diam-diam iri dengan Yukiko, sahabatnya sendiri; Yukiko yang merasa dibebani dengan bisnis hotel keluarganya, hal ini membuatnya ingin kabur dari semuanya; Kou Ichijo yang berseteru dengan keluarga perihal jatidirinya; Eri Minami yang kesulitan berkomunikasi dengan anak tirinya; Naoki konishi yang lelah dibayang-bayangi kematian kakaknya; Ai yang judesnya persis gue, tapi muke beda jauh; Naoto Shirogane dan Kanji Tatsumi yang bimbang dengan identitas dan seksualitas mereka; dan lain-lain. 

Menurut gue Persona adalah game yang manusiawi—dekat dengan kehidupan kita. Semakin gue bertambah tua dan menjadi bude-bude, gue semakin meresapi permasalahan yang dihadapi teman-teman MC. Pada akhirnya mereka menemukan solusi dan menjadi pribadi yang lebih baik. Oiya, dari social link tersebut MC bisa mendapatkan kekasih. But that’s not hype enough. How could I get the doki-doki while your MC—representing yourself—dating a girl? Cmon man, I’m straight.

Sedangkan untuk battle system, Persona 4 mengalami peningkatan dari persona 3. Saat social link yang MC jalin dengan teman-teman mencapai tingkat tertentu, mereka dapat melakukan follow up co-op attack, curing status ailments, even take lethal damages for you! Indahnya persahabatan. Oh satu hal yang gue gak suka, party tidak bisa disebar di dungeon seperti di persona 3. Jadi kemana-mana kita harus bersama dalam 1 party, tidak efisien. Sisanya kurang lebih sama dengan Persona 3.

Graphic & design

Persona 4 takes place in a countryside city called Inaba. Inaba surrounds by heavy fog. Sempat terbersit dalam pikiran gue “wah Inaba berkabut gini jadi kayak Silent Hill???” Kebalikan Persona 3 yang bersetting di kota, Persona 4 sungguh ndeso. Junes adalah toserba paling mewah di Inaba, ibarat kata Junes adalah toserba Ratu-nya Gombong. Hmmm okey. Sisanya masih sama dengan pendahulunya, tidak ada yang prominen.

Unfortunately, di seri ini kita tidak bisa mendandani karakter kita dengan baju seksi, karena mereka sudah berkomitmen untuk mengeksplorasi televisi dengan seragam sekolah. Hhh hilang deh kesenangan bude-bude ini.

Love & Romance

Bude meratap, mengapa P4 tidak bisa memilih gender MC? Kalau ternyata bisa pilih gender, gue akan memilih Kanji atau Naoki sebagai kekasih. Kenapa? Karena mereka butuh dibantu untuk mencari jati diri mereka masing-masing. Adachi juga bisa jadi salah satu pilihan. Kepribadiannya yang troubled menyentuh hati bude untuk membantunya menjadi orang yang lebih baik. Hmmm okey selera gue memang aneh.

Tapi dewi fortuna kali ini sedang tidak memihak pada gue. MC gender was male. XY. Jadilah gue sempet bingung mau berkasih dengan siapa. Sementara social link wanita yang tersedia :
  • Chie (Chariot)
  • Yukiko (Priestess)
  • Rise (Lover)
  • Naoto (Fortune)
  • Nanako (Justice)
  • Ai (Moon)
  • Yumi / Ayane (Sun) gue memilih Yumi secara muke Ayane gak menimbulkan kenyamanan di hati.
  • Sayoko (Devil)
  • Hisano Kuroda (Death)
  • Margaret (Empress)
  • Eri Minami (Temperance)
Diantara itu semua, Cuma Naoto yang menarik hati. Kepribadiannya yang malu-malu, face almost everything head on, emo tapi cynko (yailah pake disebut), dependable but fragile inside, hingga pilihannya untuk menyamarkan gender aslinya ala ala mitha the virgin membuat gue gemas. Apa yang salah dengan menjadi perempuan, dear Naoto?

Namun pada akhirnya gue memilih Yukiko yang reserved. Nothing excites me tho. But at least she is waaaay better than others. I mean, look: Chie acted as she was a big sis, remind me a lot of Captain Tsubasa’s Anego / Sanae which wasn’t my type at all; Rise’s being a dependent pussy; Nanako’s MC’s lil sis and you know I hated everyform of incests; Ai’s a bossy bitch, she’s pretty, mean, & had no character LOL; Yumi’s a independent one, capable of almost everything, but so sorry she’s not that hot; Nurse Sayoko’s hot, hardworker, tbh I liked it when she seduced MC and I’ve seen enough hentai to know where it’s going; Hisano’s a gloomy granny; Margaret’s elegant, kinda looked like Mitsuru in P3 (they represented the same arcana) but… was Margaret real?; Eri’s married woman, if only you’ve had some fetishes to lonely housewives?LOL.

The conclusion is... my love life and romances in P4 aint that happy. Not as happy as I did on previous sequel where I successfully fell for Shinjiro Senpai, reminding my teenage love affair *humming Bu Liao Qing while typing* *humming Bu Liao Qing as always* *Bu Liao Qing for intimate and sentimental moments*

Whew this review finally comes to an end! In the end, I conclude this game is heavily enjoyable. Say good bye to the ordinary—boring school life because we hafta enter the TV and save the whole city with our very own Persona! It’s 9,6 of 10.

Try it yourself, have fun!
Diberdayakan oleh Blogger.